NAGASAKI - Warga Nagasaki, Jepang, pada Minggu (9/8) memperingati 75 tahun dijatuhkannya bom atom di kota itu. Bom atom dari Amerika Serikat (AS) menghancurkan kota itu selang 3 hari setelah bom serupa dijatuhkan di Kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945.

Dalam peringatan hari bersejarah itu, Wali Kota Nagasaki, Tomihisa Taue, dan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, dalam pidatonya kembali memperingatkan soal bahaya dari perlombaan senjata nuklir.

Para penyintas dari bom atom Nagasaki turut serta dalam upacara peringatan mengenang korban tewas yang dipusatkan acaranya di Taman Perdamaian Nagasaki sembari mengulang seruan bagi perdamaian dunia. Tepat pukul 11.02 pagi, peserta yang hadir dalam hari peringatan ini, semuanya menundukkan kepala untuk mengheningkan cipta.

"Kengerian sebenarnya dari senjata nuklir belum cukup disampaikan kepada dunia secara luas meskipun upaya puluhan tahun oleh para penyintas menceritakan pengalaman mengerikan mereka," pidato Wali Kota Nagasaki, Tomihisa Taue. "Jika seperti halnya virus korona yang tidak kita takuti hingga mulai menyebar di sekitar kita, umat manusia tidak menyadari ancaman senjata nuklir sampai digunakan lagi, kita akan mendapati diri kita dalam situasi amat sulit yang tidak bisa dibatalkan," imbuh dia.

Sementara itu Sekjen Guterres dalam pesan yang dibacakan oleh wakilnya yaitu Izumi Nakamitsu, mewanti-wanti bahwa peluang senjata nuklir dipergunakan secara sengaja maupun secara tak sengaja atau salah perhitungan, amat sangat berbahaya.

"Kemajuan bersejarah dalam perlucutan senjata nuklir berada dalam bahaya. Tren yang amat mengkhawatirkan ini harus dibalik," kata Guterres.

Sementara itu Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, dalam upacara peringatan kali ini pun kembali mengulang janjinya untuk memimpin masyarakat internasional bagi merealisasikan dunia yang bebas senjata nuklir.

Pesan Penyintas

Seperti halnya pada peringatan dijatuhkannya bom atom di Hiroshima, maka upacara peringatan bom atom di Nagasaki pun dibatasi jumlah yang hadir hingga sepersepuluh saja karena kekhawatiran penyebaran virus korona.

Turut hadir dalam upacara peringatan ini adalah seorang penyintas bernama Terumi Tanaka, 88 tahun, yang saat bom atom dijatuhkan di Nagasaki ia baru berusia 13 tahun. Dalam kesaksiannya, Tanaka melihat banyak kesengsaraan dan penderitaan akibat bom atom itu. "Para penyintas percaya bahwa dunia harus meninggalkan senjata nuklir karena kami tak ingin generasi muda mengalami pengalaman yang sama," ucap dia.

Komentar yang serupa dilontarkan penyintas lainnya yang bernama Shigemi Fukahori, 89 tahun. "Saya bertekad untuk menyerukan pada dunia bahwa bom di Nagasaki merupakan bom atom terakhir yang meledak di sebuah kota," ucap dia. "Saya berharap generasi muda mau menerima tongkat estafet bagi perdamaian dan terus memperjuangkannya," imbuh Fukahori.

Saat dijatuhkan di Nagasaki, ledakan bom atom itu menewaskan sekitar 74 ribu jiwa. Sementara korban tewas dalam ledakan bom atom di Hiroshima berjumlah 140 ribu jiwa. SB/AFP/I-1

Baca Juga: