Sekjen PBB mengungkapan keprihatinannya atas semakin meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea, terlebih setelah Korut meluncurkan misil balistik jarak jauh yang melanggar resolusi DK PBB.

SEOUL - Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres menyatakan keprihatinan atas terjadinya peningkatan ketegangan di Semenanjung Korea.Keprihatinan Guterres itu disampaikan oleh juru bicaranya, Stephane Dujarric, pada Rabu (15/3) waktu setempat.

"Aktivitas senjata nuklir Korea Utara (Korut) melanggar kewajiban yang ditetapkan dalam resolusi Dewan Keamanan PBB," kata Dujarric. "Oleh karena itu Sekjen Guterres kembali mendesak Korut untuk memenuhi kewajiban internasional yang dimuat dalam resolusi Dewan Keamanan PBB," imbuh dia.

Selain itu, Sekjen Guterres juga mendesak Korut untuk meredakan ketegangan, membuka kembali dialog, serta menyerukan agar semua pihak terkait menyediakan lingkungan yang kondusif untuk pembukaan kembali dialog denuklirisasi yang lengkap, dapat diverifikasi, dan tidak dapat diubah di Semenanjung Korea.

Sementara itu Kepala Staf Gabungan (JCS) Korsel mengatakan bahwa Korut kembali meluncurkan misil balistik jarak jauh ke arah Laut Timur pada Kamis (16/3) pagi, dan otoritas militer Korsel dan Amerika Serikat (AS) menilai misil tersebut serupa dengan misil balistik antar-benua (ICBM) jenis baru milik Korut yaitu Hwasong-17, namun hampir tidak terdapat kemungkinan misil tersebut adalah ICBM berbahan bakar padat.

"Kami mendeteksi satu misil balistik jarak jauh diluncurkan ke arah Laut Timur dari Sunan, Pyongyang, pada pukul 07.10 pada Kamis," kata JCS. "Misil itu diluncurkan dari sudut tinggi dan jatuh di Laut Timur setelah terbang sejauh 1.000 kilometer selama lebih dari satu jam," imbuh JCS.

Atas provokasi terbaru Korut itu, Kantor Kepresidenan Korsel segera menggelar rapat dengan Dewan Keamanan Nasional (NSC) yang dipimpin oleh Ketua Badan Keamanan Nasional, Kim Sung-han.

Sebelum keberangkatannya ke Jepang untuk menghadiri konferensi tingkat tinggi bilateral, Presiden Korsel, Yoon Suk Yeol, telah terlebih dahulu menghadiri rapat NSC dan menginstruksikan langkah tanggapan.

Presiden Yoon mengatakan bahwa militer Korsel tetap menjaga postur kesiapsiagaan bersama militer AS yang mampu mencegah ancaman apa pun dari Korut, sembari menginstruksikan pelaksanaan latihan militer gabungan antara Korsel dan AS secara lebih seksama, serta latihan militer udara dan latihan militer kapal induk.

Bahas Provokasi

Sehubungan dengan peluncuran misil balistik Korut pada Kamis, perwakilan nuklir Korsel, AS, dan Jepang, juga mengadakan pembicaraan tiga pihak melalui telepon untuk membahas langkah tanggapan.

Kementerian Luar Negeri Korsel mengatakan bahwa Ketua Juru Runding Perdamaian Semenanjung Korea, Kim Geon, telah mengadakan pembicaraan via telepon bersama Perwakilan Khusus AS untuk Kebijakan Korut, Sung Kim, dan Direktur Jenderal Biro Urusan Asia dan Oseania di Kementerian Luar Negeri Jepang, Takehiro Funakoshi.

Ketiga pihak mengecam keras peluncuran misil beruntun Korut, termasuk peluncuran misil balistik jarak jauh pada Kamis.

Kementerian Luar Negeri Korsel menjelaskan bahwa ketiga pihak menegaskan kembali bahwa Korut pasti harus membayar mahal atas provokasi yang dilakukannya, khususnya provokasi peluncuran misil balistik jarak jauh ini dilakukan sebelum keberangkatan Presiden Yoon ke Jepang, dan dinilai merupakan provokasi signifikan yang secara serius meningkatkan ketegangan regional. AFP/KBS/I-1

Baca Juga: