WASHINGTON - Sekretaris Jenderal Perserikatan (Sekjen) Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, pada Senin, memperingatkan dampak pencairan es di Antartika dan mendesak tindakan global untuk mengatasi perubahan iklim.

"Sangat mengejutkan berdiri di atas es Antartika dan mendengar langsung dari para ilmuwan betapa cepatnya es itu mencair," kata Guterres kepada wartawan saat konferensi pers di Markas Besar PBB mengenai krisis iklim setelah perjalanannya baru-baru ini ke Cile dan Antartika.

Guterres mengatakan saat ini Antartika dan Greenland mencair tiga kali lebih cepat dibandingkan pada awal 1990-an. Es laut Antartika mencapai rekor terendah pada September 2023, yakni menyusut 1,5 juta kilometer persegi lebih kecil dari rata-rata sepanjang tahun.

"Dan tahun ini, es laut Antartika mencapai titik terendah sepanjang masa. Masalah ini penting bagi kita semua. Apa yang terjadi di Antartika tidak hanya mempengaruhi Antartika. Kita hidup di dunia yang saling terhubung," katanya.

Kesempatan Bertindak

Guterres juga memperingatkan dunia sedang menuju kenaikan suhu 3 derajat Celsius pada akhir abad ini. Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP-28), yang akan dimulai akhir pekan ini, menjadi kesempatan bagi para pemimpin dunia untuk bertindak mengatasi perubahan iklim.

"Solusinya sudah diketahui. Para pemimpin harus bertindak untuk mencegah supaya suhu bumi global tidak naik melebihi 1,5 derajat Celsius, melindungi masyarakat dari kekacauan iklim, dan mengakhiri era bahan bakar fosil."

"Kita memerlukan komitmen global untuk meningkatkan energi terbarukan menjadi tiga kali lipat, melipatgandakan efisiensi energi, dan mewujudkan energi ramah lingkungan untuk semua pada 2030," katanya.

Sementara itu, Peneliti Sustainability Learning Center (SLC), Hafidz Arfandi, mengatakan yang sedang menjadi diskursus sekarang bukan lagi seperti awal dekade lalu, mempertanyakan keabsahan global warming, yang sekarang terjadi justru memperdebatkan apakah yang tengah terjadi global warming atau global boiling atau bumi mendidih.

Menurut Studi Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), untuk menahan laju pemanasan di bawah 1,5 derajat Celsius menjadi kerangka kesepakatan-kesepakatan global, namun praktiknya angka emisi global masih terus meningkat di 2021-2022 naik 1,2 persen, tahun ini sebagai dampak El Nino dan kebakaran hutan yang meluas kemungkinan naik lebih tinggi.

Baca Juga: