PARIS - Lebih dari sejuta spesies diperkirakan menghadapi kepunahan karena pengaruh manusia. Informasi itu terangkum dalam draft laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang juga menjabarkan bagaimana umat manusia telah merusak sumber daya alam yang jadi tempat tinggal bagi kelangsungan hidup margasatwa.

"Hilangnya udara bersih, air layak minum, hutan penyerap CO2, serangga penyerbuk, ikan kaya protein, dan hutan bakau penghalang badai, secara amat cepat, tidak kalah ancamannya daripada perubahan iklim," demikian bunyi draft laporan PBB yang rencananya akan dipublikasikan 6 Mei mendatang.

Hilangnya keanekaragaman hayati erat kaitannya dengan pemanasan global, menurut laporan untuk pemangku kebijakan setebal 44 halaman, yang diringkas dari laporan penilaian sains PBB terkait keadaan alam setebal 1.800 halaman. Ringkasan laporan itu akan dibagikan pada 130 delegasi negara yang akan bertemu di Paris, Prancis, mulai 29 April.

"Kita perlu menyadari bahwa perubahan iklim dan hilangnya alam sama pentingnya, tidak hanya untuk lingkungan, tetapi juga sebagai masalah pembangunan dan ekonomi," kata Robert Watson, ketua badan yang diamanatkan PBB untuk menyusun laporan itu, Jumat (26/4).

"Cara kita menghasilkan makanan dan energi telah melanggar tatanan aturan yang kita dapat dari alam," imbuh dia, seraya menambahkan bahwa hanya perubahan transformatif yang dapat membendung kerusakan.

Deforestasi dan pertanian, termasuk produksi ternak, menyumbang sekitar seperempat dari emisi gas rumah kaca, dan juga telah mendatangkan malapetaka pada ekosistem alami.

Platform Kebijakan-Ilmu Pengetahuan Antarpemerintah tentang Layanan Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem (IPBES) juga memperingatkan terjadinya percepatan atas kepunahan spesies global. "Laju kepunahan sudah puluhan hingga ratusan kali lebih tinggi daripada rata-rata, selama 10 juta tahun terakhir," lapor IPBES. "Setengah juta hingga sejuta spesies diproyeksikan terancam punah, dan banyak kepunahan itu terjadi dalam beberapa dekade," imbuh mereka.

Sedang Terjadi

Sejumlah pakar berpendapat bahwa peristiwa kepunahan massal saat ini sedang berlangsung. Mereka mengatakan bahwa Bumi saat ini adalah rumah bagi sekitar delapan juta spesies yang berbeda, dimana mayoritas dari mereka adalah serangga.

Seperempat dari spesies hewan dan tumbuhan yang telah dipetakan, saat ini sudah dibudidayakan untuk dikonsumsi atau bahkan diracuni hingga punah.

Menurut Rebecca Shaw, kepala ilmuwan WWF, yang sebelumnya anggota badan ilmiah PBB untuk iklim dan keanekaragaman hayati, jika kita ingin memiliki planet berkelanjutan yang menyediakan layanan kepada masyarakat di seluruh dunia, maka kita perlu mengubah tren haluan ini dalam sepuluh tahun ke depan. "Ini sama halnya seperti kita perlu melakukan perubahan dengan iklim," kata Shaw.

Penyebab langsung dari hilangnya spesies, menurut urutan kepentingannya, adalah menyusutnya habitat dan perubahan penggunaan lahan, perburuan makanan atau perdagangan ilegal bagian tubuh, perubahan iklim, polusi, dan masuknya spesies asing seperti tikus, nyamuk dan ular yang menumpang perjalanan kapal atau pesawat.

"Ada juga dua pendorong besar yang secara tidak langsung menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati dan perubahan iklim, yaitu meningkatnya populasi manusia di dunia dan kemampuan mereka untuk mengkonsumsi," papar Watson.

Temuan lain dalam laporan ini yang juga berperan dalam kepunahan spesies secara massal yaitu tiga perempat permukaan daratan, 40 persen lingkungan laut, dan 50 persen perairan pedalaman di seluruh dunia telah "diubah" secara drastis. ang/AFP/I-1

Baca Juga: