Sepanjang sejarahnya, nama Ibu Kota Indonesia telah berganti berulang kali, mulai dari Sunda Kelapa, Jayakarta dan lainnya hingga resmi berganti menjadi Jakarta pada 30 Desember 1949.

Sebelum disebut sebagai Jakarta, Ibu Kota Indonesia itu lebih dulu dikenal dengan sebutan Batavia. Nama Batavia sendiri disematkan oleh Belanda ketika Jan Pieterszoon Coen bersama seribu pasukan menyerang Kerajaan Banten dan menghancurkan Jayakarta pada 1619.

Kemudian Belanda melalui kesepakatan De Heeren Zeventien dari Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC nama Jayakarta kemudian diubah menjadi 'Batavia' pada 4 Maret 1621.

Merangkum laman kantor berita resmi Indonesia.go.id, nama Batavia sendiri diketahui berasal dari 'Bataf', nama etnis Jermanik yang bermukim di tepi Sungai Rhein, yang dianggap sebagai nenek moyang bangsa Belanda dan Jerman.

Diketahui, bangsa Belanda memang sangat mengagungkan nenek moyangnya sehingga mereka merasa perlu mengabadikan nama Batavia di negeri jajahannya, termasuk di Indonesia.

Tercatat sejarah, nama Batavia paling lama dikenakan yakni selama tiga abad lebih. Namun, ketika masa penjajahan Jepang dimulai nama Ibu Kota Indonesia kembali diubah.

Pemerintah Jepang kala itu mengganti nama Batavia menjadi Tokubetshu Shi yang berarti 'jauhkan perbedaan'. Saat itu, Batavia memang terkenal sebagai kawasan yang berisi percampuran dari berbagai negara.

Adapun pergantian nama itu bertepatan dengan perayaan Hari Perang Asia Timur Raya yang jatuh pada 8 Desember 1942. Kala itu, Jakarta memiliki nama lengkap 'Jakarta Tokubetsu Shi'.

Memasuki zaman Indonesia merdeka usai Jepang menyatakan kalah dalam Perang Dunia ke-2. Menteri Penerangan Republik Indonesia Serikat (RIS) Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu pada 30 Desember 1949 menegaskan tak ada lagi sebutan Batavia bagi kota ini.

Sejak saat itu, nama Ibu Kota Republik Indonesia resmi berubah menjadi seperti yang kita kenal saat ini, yaitu Jakarta.

Namun, butuh waktu hingga 22 Juni 1956 hingga nama Jakarta dikukuhkan oleh Wali Kota Jakarta Sudiro yang menjabat periode 1953 hingga 1960. Kala itu, posisi Jakarta masih merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat.

Kemudian pada 1959, status Jakarta mengalami perubahan dari sebuah kota praja di bawah wali kota ditingkatkan menjadi Daerah Tingkat Satu yang dipimpin oleh gubernur Soemarno Sosroatmodjo sebagai gubernur pertama.

Dua tahun berselang, status Jakarta kembali diubah dari Daerah Tingkat Satu menjadi Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Pada 1961.

Walau begitu, hari ulang tahun Jakarta tetap ditetapkan pada tanggal 22 Juni ketika Fatahillah yang berhasil mengusir bangsa Portugis dari Sunda Kelapa pada 22 Juni 1527.

Seperti diketahui, untuk memperingati momen itu nama Sunda Kelapa kemudian diubah menjadi Jayakarta. Hingga kini setiap tanggal 22 Juni praktis diperingati sebagai HUT Ibu Kota Republik Indonesia.

Baca Juga: