Tanggal 2 Februari 2012, menjadi hari yang akan selalu diingat oleh penumpang kapal feri MV Rabaul Queen yang kala itu membawa 300 hingga 350 orang. Pasalnya, kapal yang melakukan perjalanan dari Kimbe di pulau New Britain ke kota Lae, Papua Nugini, itu tenggelam tepat 11 tahun yang lalu.
Berdasarkan laporan New York Times, feri MV Rabaul Queen tenggelam sekitar 16 kilometer dari lepas pantai Finschhafen, Papua Nugini, antara pukul 05.00 dan 06.00 waktu setempat. Sebelum tenggelam, awak kapal sempat sinyal marabahaya yang diterima di Australia dan diteruskan ke otoritas maritim di Papua Nugini.
Meski MV Rabaul Queen memiliki kapasitas 300 penumpang, Nurur Rahman selaku koordinator penyelamatan Otoritas Keselamatan Maritim Nasional Papua Nugini mengaku tidak mengetahui berapa jumlah pasti penumpang yang ada di dalamnya.
Otoritas Keselamatan Maritim Australia meyakini MV Rabaul Queen membawa sebanyak 350 orang ketika insiden itu terjadi.
Akan tetapi, George Turme, yang merupakan salah satu saksi insiden nahas itu menyebutkan bahwa kapal itu bermuatan leih dari 500 orang yang membuat kondisi di atas kapal tidak kondusif. Sydney Morning Herald sendiri melaporkan para penumpang terpaksa berdesak-desakan di atas geladak.
Kapal feri memang memang merupakan moda transportasi umum di negara itu. Mayoritas penumpang adalah mahasiswa yang belajar di Kota Lae, yang memiliki universitas terbesar di Papua Nugini.
Melansir New York Times, Badan Maritim Australia melaporkan MV Rabaul Queen tenggelam karena diterjang angin barat laut yang kuat dan gelombang laut setinggi 5 meter.
Berdasarkan penuturan saksi seperti yang dimuat BBC, para penumpang mengaku kapal feri itu dihantam ombak besar sebelum akhirnya tenggelam.
Beberapa dari mereka harus berpegangan pada puing-puing kapal yang berserakan di air sebelum mereka diselamatkan oleh enam kapal dagang otoritas Australia. Setidaknya 140 orang dilaporkan tewas dalam insiden tersebut.