BUTLER - Sulit dipercaya, satuan pengaman presiden dari negara adidaya Amerika Serikat, Secret Service, hampir gagal melindungi mantan sekaligus calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump. Capres yang sedang dirundung berbagai kasus hukum ini tertembak di telinga saat memberikan pidato kampanye di sebuah rapat umum di Butler, Sabtu (13/7).
Ironisnya, keberadaan Thomas Matthew Crooks, 20 tahun, sang pelaku penembakkan, telah dilaporkan oleh sejumlah peserta pawai yang sempat melihatnya kepada polisi.
"Anda benar-benar dapat melihatnya membawa senapan," kata seorang saksi mata bernama Greg kepada BBC .
Dilansir oleh People, Greg mengatakan bahwa ia dan peserta rapat umum lainnya telah memberi tahu agen Dinas Rahasia, dan bahwa pria itu telah berada di atap di dekatnya selama beberapa menit sebelum tembakan terdengar.
"Kami melihat orang itu merangkak naik ke atap gedung di samping kami, 50 kaki dari kami," kata Greg
"Dia membawa senapan. Kami dapat melihatnya dengan jelas memegang senapan."
Greg melanjutkan, "Kami menunjuknya. Polisi di sana berlarian di tanah. Kami seperti berkata, 'Hei, ada orang di atap dengan senapan,' dan polisi ... tidak tahu apa yang sedang terjadi."
Greg mengatakan dia mencoba memberi tahu Secret Service selama beberapa menit tentang pria bersenjata itu. "Saya berpikir, 'Mengapa Trump masih berbicara? Mengapa mereka tidak menariknya dari panggung?' Tiba-tiba, lima tembakan terdengar," katanya kepada BBC.
"Kami memberi tahu polisi, kami menunjuknya ke arah Dinas Rahasia, yang sedang melihat kami dari atas gudang," lanjutnya.
Greg juga mempertanyakan mengapa tidak ada lebih banyak anggota Secret Service yang bertugas menjaga keamanan.
"Mengapa tidak ada Secret Service di semua atap di sini?" tanyanya.
"Tempat ini tidak besar."
Saksi mata juga mengatakan kepada BBC bahwa pria bersenjata itu ditembak mati. "Mereka merangkak naik ke atap, mengarahkan senjata mereka ke arahnya, memastikan dia sudah mati," kata Greg. "Dia sudah mati, dan itu saja. Semuanya sudah berakhir."
DPR AS juga menyebutkan, akan mulai melakukan penyelidikan atas serangan itu. Dalam sebuah unggahan di X, Ketua DPR, Mike Johnson mengatakan bahwa majelis akan "melakukan investigasi menyeluruh atas peristiwa tragis tersebut hari ini".
Ia mengatakan Direktur Dinas Rahasia, Kimberly Cheatle dan pejabat dari FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri akan dipanggil untuk bersaksi.
Pengumuman itu muncul di tengah pertanyaan dan kritik mengenai bagaimana penembak bisa terjadi begitu dekat dengan Trump.
Dalam sebuah unggahan di X, yang dulunya Twitter, juru bicara Dinas Rahasia Anthony Guglielmi mengonfirmasi bahwa "seorang tersangka penembakan melepaskan beberapa tembakan ke arah panggung dari posisi tinggi di luar demonstrasi."