Gerakkan Indonesia menjadikan kegiatan sosial sebagai aktifitas untuk menyebarkan virus positif. Virus yang akan membawa kebahagiaan baik untuk relawan maupun penerima bantuan.
Bagi Komunitas Gerakkan Indonesia, aktifitas sosial tidak sebatas memberikan dana ataupun barang. Yang lebih utama, kegiatan tersebut berupa aksi partisipasi.
Pada saat mereka take action, mereka merasakan (kebahagiaan). Dan rasa itu (bahagia) bisa dibagikan ke sekitarnya," ujar Siti Banu Intan, Ketua Gerakkan Indonesia yang ditemui di Rumah Remedi, Selasa (20/6).
Komunitas tersebut menyakini bahwa pada dasarnya fungsi manusia berbagi dengan orang lain.
Bagi komunitas ini, kegiatan sosial yang dilakukan tergolong sederhana bahkan hampir menyerupai kegiatan sosial pada umumnya. Seperti, Dapur Cinta. Kegiatan tersebut merupakan memasak bersama yang dibagikan kepada ka
langan kurang mampu.
Lalu ada kegiatan Kakak Adik Berbagi. Dalam kegiatan ini, komunitas tersebut atau relawan yang tergabung, meluangkan waktu untuk bermain bersama anak-anak dari panti asuhan. Agendanya bisa jalan-jalan ke mal maupun jalan-jalan ke Monas.
"Jadi spent time waktu sehari. Salah satunya kita membuat amazing race di Taman Mini (TMII)," ujar wanita yang biasa disapa Intan ini. Kegiatan lainnya berupa Jam Cinta, yaitu pertemuan bulanan yang diisi dengan kunjungan ke panti asuhan maupun panti werdha selama dua atau tiga jam.
Kata-kata sebisanya selalu diutarakan Intan selama wawancara. Maksudnya tidak lain, dalam melakukan kegiatan ia dan teman-teman komunitas tidak mau memaksakan diri. "Sebisanya," ujar dia berungkali-kali. Hal ini tidak lain, karena tujuan yang ingin dicapai adalah kebahagian relawan dan penerima bantuan.
Maka saat di Dapur Cinta, ada kekuarangan ayam, mereka lebih memilih membeli ayam yang dibutuhkan ketimbang menyalahkan pihak lain. Selain itu dalam setiap kegiatan, mereka selalu menghindari menggunakan kata-kata negatif agar tidak menghalangi mencapai kebahagiaan.
Kegiatan yang dilakukan Gerakkan Indonesia dilakukan dalam jeda waktu yang tergolong panjang. Sepertu Dapur Cinta dilakukan setahun sekali atau Jam Cinta yang dilakukan sebulan sekali. Namun, kegiatan tersebut tidak mengikat kepada seluruh anggota.
Karena selain berkegiatan di komunitas, mereka memiliki pekerjaan lainnya. "Ya, kami berjalan sebisanya. Yang rutinnya ya sebisanya, sejalannya," ujar dia yang mengganggap kebahagiaan sebagai investasi.
Dalam setiap melakukan kegiatan, Intan mengakui bahwa tidak semua kegiatan memiliki dana cukup."Tapi Bismillah saja," ujar dia. Tanpa disangka-sangka, dana akan terkumpul dengan sendirinya seiring dengan berjalanannya kegiatan.
Sejak dua tahun belakangan, komunitas telah menjadi sebuah yayasan. Badan hukum tersebut dilakukan tidak lain untuk mengelola keuangan donatur yang semakin"membanjir". Intan tidak menepis bahwa komunitas yang berbentuk yayasan akan lebih mudah untuk mendapatkan dana.
Namun, ia mengatakan dana-dana yang masuk lebih bersifat personal. Termasuk jika ada dana dari perusahan, ia dan komunitas lebih senang menyebut sebagai sahabat. "Kami tidak mengasosiasikan ke kegiatan politik maupun bisnis," ujar dia.
Berawal dari kumpul-kumpul sahabat, mereka ingin membuat kegiatan yang dapat menyebarkan kebahagiaan ke orang lain. Sebelum membentuk Gerakan Indonesia pada 2012, para anggota tergabung dalam komunitas self healing.
Setelah berhasi melakukan penyembuhan diri, mereka ingin membuat gerakan yang lebih nyata. Kegiatan sosial dianggap sebagai kegiatan yang tepat untuk menyebarkan kebahagiaan kepada orang lain.din/E-6
Hadirnya Makna Kebahagiaan dan Berbagi
Berbagi mendapatkan kebahagiaan, itulah yang dirasakan anggota komunitas gerakkan Indonesia. Mereka mendapatkan makna kebahagian dengan cara sederhana tanpa menghabiskan uang, tanpa berebutan barang diskonan atau resevasi tiket jauh-jauh hari. Karena kebahagiaan ada di dalam hati.
"Nggak tau teorinya, tapi berbagi membuat happy," ujar Astrid Hendrawati, 38, Commander of Clientele Wellbeing, Remedi Indonesia, self healing. Dia menceritakan pengalamannya ketika membagi nasi kotak kepada seorang pemulung.
"Mereka menerimanya terima kasih sekali ya, bu. Itu nggak bisa diukur dengan uang," ujar dia. Peristiwa tersebut menjadi koreksi bagi dirinya bahwa sekotak nasi dapat membuat dirinya bahagia.
Astrid beranggapan bahwa sebagian kalangan masyarakat kerap terdoktrin bahwa kebahagiaan selalu identik dengan liburan atau jalan-jalan. Padahal, kebahagiaan dapat diperoleh dengan cara yang sederhana.
Rasa bahagia yang terpancar pada diri pemulung dapat tervibrasi kepada dirinya. Dampak lainnya, ia lebih menghargai hal-hal kecil yang terjadi dalam hidupnya.
Semula, ia sempat sempat kebingungan memaknai kebahagiaan.
Kondisi tersebut justru muncul saat karirnya menanjak. "Karena saya selalu mendapatkan apa yang saya minta," ujar dia memberikan alasan.
Pandangan karir cemerlang dan gaji besar identik kesuksesan tidak sepenuhnya benar. Terkadang, nilai materialistis yang terlalu berlebihan justru membuat kehidupan terasa semu.
"Kalau, kita menemukan hati, gimana kita tersentuhnya," ujar dia tentang kebagiaan yang sesungguhnya.
Meski tidak memiliki pengalaman seperti Astrid, Melita Andini, Beauty Editor Majalah Dewi sependapat bahwa kebagian dapat datang karena berbagi dengan orang lain. "Aku bukan tipe orang yang sosial. Kadang kalau mau membantu, ya udah, ada uang lebih kasih," ujar Melly mengawali ceritanya.
Tapi setelah melakukan aksi sosial bersama komunitas, ia baru menyadari bahwa berbagi tidak sekedar memberikan sejumlah nominal uang. Yang lebih penting, ada komunitas antara relawan dengan para penerima donatur.
"Tapi ikut bareng bersama mereka, ada komunikasi itu rasanya lebih. Aku susah diskripsikan tapi rasanya lega," ujar dia.
Melly mengaku keikutsertaannya di dalam komunitas karena kedekatan dengan teman-temannya.
Adanya kedekatan secara personal tersebut membuat dirinya merasa lebih nyaman melakukan aksi sosial. "Kayaknya melakukan kegiatan sosial dengan orang terdekat itu menyenangkan," ujar wanita saat kanak-kanak memaknai kebahagian dengan libur ke luar negeri. Saat ini, kebahagiaan dimaknai dari sudut pandang yang berbeda.din/E-6
Lumbung Cinta Dapur Cinta
Dapur Cinta menjadi "lumbung" penyebaran cinta melalui makan. Cinta disalurkan mulai mengolah makanan sampai mendistribusikan pada penerima.
Bagi Gerakkan Indonesia memasak tidak sekedar membuat makanan lezat dari bumbu rempah. Yang tidak kalah penting, kegiatan memasak perlu dilakukan dengan cinta.
"Itu sangat kami garis bawahkan. Karena apa, segala sesuatu yang terafiliasi akan terasakan. Apabila kita mempersiapkan makanan dengan penuh cinta, mereka (penerima makanan) akan merasakan manisnya cinta itu," ujar Intan yang berprofesi sebagai terapi self healing ini.
Untuk itu, komunitas berupa membangunan suasana penuh cinta di Dapur Cinta dengan menghadirkan zona cinta. Zona dihidupkan dengan menyenandungkan lagu-lagu penuh cinta selama memasak, menulis informasi di kertas dengan kata-kata positif dan melarang kata-kata negatif diutarakan selama memasak.
"Jadi misalnya, ada yang kebeler saat mengiris wortel, kami bilang ya udah, thank you," ujar Intan. Bahkan tidak ada usur paksaan selama memasak.
Relawan yang terlibat dapat berpartisipasi sesuai dengan kemampuan maupun ketersediaan waktu. "Jika, mereka hanya bisa membantu dari pukul 9 sampai 11, ya nggak pa pa. Terima kasih sudah datang,"ujar dia.
Bahkan, mereka bisa membantu saat mendistribusikan, memasukkan lauk ke dalam kotak atau menyebarkan Dapur Cinta ke instagramnya. Sedangkan untuk relawan membantu mempersiapakan makanan diharapkan untuk membawa pisau maupun talenan sendiri.
Gerakkan Indonesia membutuhkan waktu dua hari untuk mempersiapkan makanan. Hari pertama digunakan untuk mempersiapkan kardus yang akan digunakan untuk tempat makanan.
Selain itu, mereka memasukkan kurma ke dalam plastik dan krupuk sebagai rangkaian menu. Hari kedua, mereka baru memasak untuk sekitar 2500 sampai 2700 kota yang disebar di Jakarta.
Intan sengaja tidak memesan makanan dari restoran maupun warung. Karena ia ingin memunculkan esensi kebahagian melalui proses memasak sampai mendistribusikan makanan.
"Kebahagiaan itu bisa datang dari motong sayur walaupun cuman satu jam, mereka senang," ujar dia. Dan saat para relawan pulang ke rumah, mereka akan membagikan kebahagiaan itu ke keluarga atau orang rumah.
"Itu seru sekali, jadi ada experience-nya yang ingin kami bangun disini," ujar dia.
Dapur Cinta telah dimulai sejak tiga tahun yang lalu. Kegiatan tersebut tidak hanya dilakukan di Jakarta melainkan di kota-kota lain, seperti Bandung, Cirebon, Cilacap, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dan Kuningan.
Setiap daerah mempunyai pengurusan masing-masing. Jika di Jakarta, proses memasak dibantu asosiasi chef maka di daerah memasak lebih banyak dilakukan ibu-ibu rumah tangga. din/E-6