Cerita tentang penindasan dan pelarangan beragama bagi rakyat oleh penguasa Nebukadnezar, tertulis dalam Silinder Cyrus. Kemudian muncul raja yang baru, Cyrus, menjadi penguasa dan ia membebaskan rakyat dari perbudakan dan mencabut larangan terhadap untuk memeluk agama yang diyakininya

Silinder Cyrus atau Silinder Koresh adalah dokumen yang dikeluarkan oleh Cyrus Agung atau Koresh Agung (Cyrus The Great), yang terdiri dari sebuah silinder tanah liat bertuliskan aksara paku Akkadia. Silinder itu dibuat pada 539 SM atas perintah Cyrus Agung, setelah mengambil alih Babel dari Nebukadnezar atau Nabonidus, dan mengakhiri kerajaan Neo-Babilonia.

Dokumen ini memuji Cyrus, penguasa Achaemenid, dan memperlakukan Nabonidus seperti raja yang jahat dalam teks yang ditulis pada sebuah tembikar yang terbagi menjadi dua bagian. Baris satu sampai 18 menceritakan kisah perbuatan Cyrus sebagai orang ketiga.

Dokumen tersebut menceritakan tentang Nabonidus, raja Babilonia terakhir, yang dikatakan antara lain melarang kultus Marduk dan telah menindas rakyatnya. Akibat pelarangan beragama ini masyarakat mengajukan keluhan kepada para dewa. Marduk sebagai dewa utama kemudian dipercaya menakdirkan Cyrus untuk menjadikannya penguasa dunia. Penduduk kerajaan barunya sangat senang melihatnya sebagai raja baru.

Pada bagian kedua, Cyrus berbicara sebagai orang pertama. Dia mulai dengan gelarnya dan terus mengatakan bahwa dia menjaga kultus Marduk di Babel, dan bahwa dia telah membiarkan mereka beristirahat dari kelelahan dan perbudakan pada pemerintahan sebelumnya.

Dia juga mengatakan bahwa banyak raja memulihkan kultus di semua kerajaan sebelumnya yang sekarang menjadi bagian darinya. Selain itu Cyrus juga membebaskan mantan orang-orang yang dideportasi dari wilayah kerajaan.

Namun lamanWorld Historymenyebutkan interpretasi yang berbeda dari dokumen ini dapat dan telah dibuat. Sebelumnya, beberapa sejarawan khusus menganggap teks tersebut sebagai kesaksian yang mendekati kenyataan, tetapi saat ini interpretasi ini sebagian besar tidak digunakan lagi.

Orang lain melihat dalam dokumen ini konfirmasi Alkitab dalam sejarahnya, dengan Marduk berasimilasi dengan Yahweh atau Tuhan. Dalam Alkitab, Cyrus ditampilkan sebagai objek Yahweh, dan Yahweh memberinya kekuatan untuk menciptakan kerajaannya dan keinginan untuk membebaskan orang Yahudi yang ditawan dan membantu mereka membangun kembali kuil mereka.

Silinder tersebut menunjukkan Cyrus berkata; "Para dewa yang tinggal di sana saya kembali ke rumah mereka dan membiarkan mereka pindah ke tempat tinggal yang kekal. Semua orang mereka saya kumpulkan dan bawa mereka kembali ke rumah mereka," tulis Cyrus dalam baris 32.

Kalimat tersebut menjadi konfirmasi pembebasan tawanan Yahudi, bahkan jika ini tidak disebutkan dalam teks. Satu hal yang jelas Cyrus memilih untuk menunjukkan bahwa dia memiliki satu Tuhan yang kuat di sisinya yaitu Marduk yang memberinya legitimasi untuk menggulingkan Nebukadnezar dan menaklukkan kerajaannya.

Namun banyak sejarawan saat ini setuju bahwa dokumen ini adalah propaganda, di mana Nebukadnezar digambarkan lebih buruk dari dirinya. Ia menggunakan kemarahan para pemuja Marduk terhadap raja Babilonia terakhir itu.

Sebuah teori terkini adalah untuk memahami Silinder Cyrus sebagai piagam pertama hak asasi manusia. Penafsiran ini dimulai ketika, pada 1971 pada ulang tahun ke-2500 monarki Persia, Shah Mohammed Reza Pahlavi, yang menjadikan Cyrus Agung sebagai tokoh kunci dalam ideologi pemerintah demi untuk membangun legitimasi pra-Islam atas pemerintahannya.

Pada tahun yang sama, dinasti monarki Persia itu pun menawarkan replika Silinder Cyrus ke Perserikatan Bangsa-Bangsa, dengan terjemahan bahasa Inggris. hay/I-1

Baca Juga: