Lahan pertamanan seluas 17 hektare di Kecamatan Tambelang sudah mengalami kekeringan karena kesulitan air.
BEKASI - Untuk mengantisipasi dampak kekeringan dari El Nino, Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi mulai memetakan lahan pertanian yang mengalami kekeringan. Tujuannya untuk meminimalisasi kerugian para petani.
Subkoordinator Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi, Dodo Hadi Triwardoyo,di Cikarang, Jumat (4/8),mengatakan pemetaan didahului dengan rapat koordinasi instansi terkait.
Mereka adalah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat,Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan(BBBPOPT) Kementerian Pertanian, serta para penyuluh pertanian.
"Sesuai dengan instruksi Penjabat Bupati Bekasi, Dani Ramdan, kita telah melakukan rapat koordinasi antar-instansi terkait guna menentukan langkah selanjutnya atas El Nino. Ini terutama berkaitan dampak yang dirasakan petani," katanya.
Berdasarkan laporan tim lapangan sampai dengan Jumat, sejumlah wilayah pertanian Bekasi sudah mulai kekeringan dampak El Nino. Lahan pertanian seluas satu hektare berstatus lahan persemaian di Kecamatan Tambelang sudah kering, sedangkan 17 hektare lahan pertanaman di kecamatan itu juga mengalami kondisi serupa.
"Penyebabnya fungsi air di saluran sekunder Bulakmangga dan Pisang Batu turun. Aliran air tidak optimal mengalir karena sedimentasi," katanya.
Dia menindaklanjuti temuan lapangan melalui pompanisasi saluran sekunder ke areal persawahan dengan menyiapkan dua pompa ukuran tiga inci.
"Kami melakukan kerja bakti di saluran tersier sepanjang satu kilometer. Untuk jangka panjang, kami melakukan normalisasi saluran sekunder Bulakmangga dan Pisang batu," katanya.
Wilayah lain, Kecamatan Tarumajaya, juga mengalami kondisi serupa. Hanya, kekeringan areal persawahan di lokasi ini lebih disebabkan saluran air tidak mengalir karena tersumbat sampah.
"Kalau di Tarumajaya karena saluran tersumbat sampah dari Kali Bekasi. Penanganan di Tarumajaya sendiri akan dilakukan dengan membersihkan sampah kali agar aliran air bisa lancar kembali. BMKG menyatakan Indonesia sedang mengalami musim kemarau ekstrem dipicu El Nino.
Beberapa wilayah yang diprediksi akan mengalami curah hujan sangat rendah mencakup sebagian besar wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara. BMKG juga memprediksi puncak El Nino yang diperkirakan Agustus-September, akan terus dirasa pengaruhnya hingga Desember tahun ini.
Oleh karena itu, kewaspadaan harus tetap dijaga dan langkah-langkah mitigasi perlu dilakukan. Selain berkurang curah hujan, El Nino juga membawa dampak lain, seperti perbedaan suhu siang dan malam hari yang ekstrem, terutama di dataran tinggi.
Masyarakat di lingkungan perkotaan juga perlu mewaspadai suhu tinggi yang dapat memengaruhi kesehatan masyarakat.