Pasukan Russia terus menggencarkan serangannya di Kota Severodonetsk di Ukraina timur dengan mengepung kota garis depan yang strategis itu agar bisa menguasai wilayah Donbas.

KRAMATORSK - Pasukan Russia pada Selasa (14/6) terus meningkatkan serangan dalam upaya untuk mengepung kota industri utama Severodonetsk di Ukraina timur walaupun pasukan Ukraina terus berjuang untuk mempertahankannya.

Pasukan Russia sendiri telah berminggu-minggu menyerang Severodonetsk dan Kota Lysychansk, yang dipisahkan oleh sungai, karena kedua kota itu merupakan daerah terakhir di wilayah Donbas yang masih di bawah kendali Ukraina.

"Gempuran hebat telah menghancurkan jembatan ketiga yang menghubungkan antar kota kembar itu," ucap kepala pemerintahan di Severodonetsk, Oleksandr Stryuk. "Pasukan Ukraina terus berupaya mempertahankan kota ini tetapi situasi di lapangan berubah setiap jam," imbuh dia.

Pada Senin (13/6) lalu, Gubernur Lugansk, Sergiy Gaiday, mengatakan kepadaRadio Free Europebahwa pasukan Russia telah menghancurkan semua jembatan sehingga arus keluar-masuk penduduk maupun upaya evakuasi warga di kota garis depan itu tidak memungkinkan.

Sementara itu Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menyatakan bahwa korban jiwa dalam pertempuran di wilayah timur negara sangat mengerikan dan ia mendesak sekutu Barat untuk mempercepat pengiriman senjata guna menopang kemampuan Ukraina untuk merebut kembali wilayahnya.

"Kami hanya membutuhkan senjata yang cukup untuk memastikan semua ini," tegas Zelenskyy.

Seruan senada juga diutarakan penasihat kepresidenan, Mikhaylo Podolyak. "Untuk mengakhiri perang ini, kami membutuhkan senjata berat," cuit Podolyak di media sosial.

Jika Severodonetsk berhasil direbut pasukan Russia, maka hal itu akan membuka jalan laju pertempuran ke Sloviansk dan kota besar lainnya seperti Kramatorsk, serta memudahkan upaya Moskwa untuk menaklukkan Donbas, wilayah yang sebagian besar warganya berbahasa Russia dan sebagian dikuasai oleh separatis pro-Kremlin sejak 2014.

Denda Wikipedia

Sementara itu yayasan nirlaba Wikimedia yang menaungi Wikipedia, mengajukan banding terhadap putusan pengadilan Moskwa yang menuntut mereka menghapus informasi terkait invasi Russia ke Ukraina.

Banding diajukan karena Wikimedia berpendapat warga dunia memiliki hak untuk mengetahui fakta-fakta dari perang tersebut.

Pengadilan Moskwa mendenda Wikimedia Foundation sebesar 5 juta rubel karena menolak menghapus artikel Wikipedia berbahasa Russia tentang narasi perang seperti dalam artikel berjudul "Invasi Russia ke Ukraina", "Kejahatan Perang selama Invasi Russia ke Ukraina", dan "Pembantaian di Bucha". Moskwa mengatakan informasi-informasi tersebut merupakan disinformasi dan pengadilan Moskwa berpendapat bahwa apa yang disebut sebagai disinformasi di Wikipedia menimbulkan risiko bagi ketertiban umum di Russia.

Oleh karena itu Wikimedia Foundation dituntut di bawah undang-undang Russia tentang kegagalan untuk menghapus informasi yang dilarang, namun pihak Wikimedia sendiri telah mengajukan banding pada 6 Juni dan mereka berpendapat bahwa menghapus informasi adalah pelanggaran hak asasi manusia, serta Russia tidak memiliki yurisdiksi atas Wikimedia Foundation, yang tersedia secara global dalam lebih dari 300 bahasa dimana informasi yang terdapat di Wikipedia ditulis dan diedit oleh sukarelawan.AFP/VoA/I-1

Baca Juga: