JAKARTA - Badan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) menyatakan Indonesia telah membuat kemajuan dalam berbagai dimensi untuk pengentasan kemiskinan sebelum pandemi Covid-19.

Berdasarkan Indeks Kemiskinan Multidimensi/Multidimensional Poverty Index (MPI) global yang terbaru, perspektif kemiskinan tidak hanya mencakup pendapatan, tetapi juga meliputi akses ke air bersih, pendidikan, listrik, makanan, dan enam indikator lainnya.

Kepala Perwakilan UNDP Indonesia, Norimasa Shimomura, dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat (8/10), seperti dikutip dari Antara mengatakan meskipun laporan menunjukkan beberapa kemajuan, namun lebih dari satu juta kelompok-kelompok paling rentan di Indonesia sebelum pandemi berpotensi jatuh miskin. "Kita harus meningkatkan upaya untuk menyiapkan lebih banyak sumber daya untuk memberdayakan masyarakat rentan yang terjerumus ke dalam kemiskinan," kata Shimomura.

Berdasarkan MPI, sekitar 3,6 persen dari total penduduk Indonesia atau 9,5 juta orang miskin secara multidimensi, sementara 4,7 persen atau 12,8 juta orang rentan terhadap kemiskinan multidimensi menurut data tahun 2017. Sedangkan pada 2012, sekitar 6,9 persen dari total penduduk Indonesia 17 juta orang tergolong miskin secara multidimensi.

MPI juga menganalisis 10 indikator dalam berbagai dimensi dengan bobot yang sama, termasuk kesehatan, pendidikan, dan standar hidup, serta membantu mengidentifikasi populasi miskin serta penyebab kemiskinan.

Dimensi kesehatan dan pendidikan berasal dari dua indikator, sedangkan taraf hidup berdasarkan pada enam indikator. Dalam kasus Indonesia, MPI menggunakan sembilan dari 10 indikator, namun tanpa informasi tentang gizi karena kurangnya data yang tersedia.

Nilai MPI yang merupakan proporsi penduduk miskin secara multidimensi yang disesuaikan dengan intensitas kemiskinan adalah sebesar 0,014. Nilai tersebut menunjukkan perbaikan dibandingkan data terakhir pada tahun 2012 sebesar 0,028. Kendati demikian, studi yang dilakukan oleh UNDP Indonesia di puncak pandemi pada 2020 memberikan gambaran yang lebih suram. Survei rumah tangga menunjukkan dampak Covid-19 menyebabkan kemunduran signifikan pada pengentasan kemiskinan karena pendapatan turun sementara pengeluaran meningkat.

Stagnasi Kegiatan

Pakar Sosiologi Ekonomi dari Universitas Brawijaya Malang, Imron Rozuli, mengatakan masyarakat rentan masuk dalam kondisi miskin karena stagnasi kegiatan ekonomi pada level mikro, menengah, dan besar. Dampaknya terjadi lonjakan pengangguran, kehilangan mata pencaharian, sumber pendapatan. Di samping juga pengeluaran ekstra karena pandemi. Pemutusan hubungan kerja jelas berdampak hilangnya pendapatan rutin.

"Kelompok rentan yang memiliki sumber pendapatan terbatas, akhirnya terperosok pada jurang kemiskinan. Mereka yang tidak memiliki aset produktif penopang, hanya bersandar pada pendapatan satu pintu dari aktivitas bekerja," kata Imron.

Baca Juga: