Diluncurkan pada bulan ini dari Pangkalan Angkatan Luar Angkasa Vandenberg California, satelit Permukaan Air dan Topografi Laut atau Surface Water and Ocean Topography (SWOT) akan memulai debutnya di Alaska.

Satelit milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika (NASA) itu akan mengukur ketinggian hampir semua air di permukaan Bumi, dari sungai besar hingga danau dan waduk hingga lautan, yang akan membawa dampak yang terbesar, khususnya bagi tempat-tempat terpencil seperti Alaska dan di banyak negara di mana data air permukaan jarang atau tidak ada.

Walau Alaska ditutupi oleh hamparan tanah beku yang luas, negara bagian Amerika Serikat (AS) ini juga memiliki banyak air cair. Faktanya, Alaska memiliki sekitar 40 persen sumber daya air permukaan yang dimiliki negeri Paman Sam. Ini termasuk lebih dari 12.000 sungai, ribuan anak sungai, dan ratusan ribu danau.

Namun, sementara aliran sungai di sebagian besar di AS terus dipantau oleh jaringan US Geological Survey (USGS) yang memiliki lebih dari 8.500 stasiun, saat ini hanya ada 113 alat pengukur di Alaska, dan banyak sungai besar tidak dipantau.

Luasnya Alaska juga medan yang berat, serta infrastruktur transportasi yang terbatas membuat biaya pengukuran arus tradisional menjadi mahal.

Karena itulah wajar jika Alaska akan menjadi salah satu penerima manfaat pertama dari misi yang dipimpin oleh NASA dan badan antariksa Prancis atau Center National d'Études Spatiales (CNES) itu.

Pengukuran ini akan bermanfaat bagi pengelolaan air dan lembaga kesiapsiagaan bencana, universitas, insinyur sipil, dan lainnya yang perlu melacak air di daerah setempat.

Pengukuran ini menjadi penting mengingat air yang mengalir melalui sungai tersebut mempengaruhi segalanya mulai dari kesehatan dan keanekaragaman hayati spesies ikan hingga transportasi dan ketersediaan air minum.

Ahli hidrologi USGS Robert Dudley mengatakan SWOT memiliki banyak keunggulan dibandingkan teknik pengukuran sungai berbasis satelit saat ini. Altimeter seperti pada satelit seri Jason yang digunakan akan dapat mengukur bagaimana ketinggian air bervariasi di beberapa sungai besar.

Sementara citra dari satelit NASA-USGS Landsat akan mengukur bagaimana lebar sungai bervariasi. Hebatnya, SWOT akan mampu mengukur ketinggian air dan lebar sungai secara bersamaan, yang tidak dapat dilakukan tanpa melakukan kalibrasi lapangan yang sulit dan mahal.

SWOT juga akan mengukur kemiringan sungai, yang memberi para ilmuwan sarana untuk memperkirakan seberapa cepat air mengalir dari lanskap. Tak berhenti sampai di situ, SWOT juga akan mengumpulkan data yang diperlukan untuk memperkirakan arus aliran sungai setiap kali ia terbang di atas sungai.

"SWOT akan memungkinkan kita untuk melihat apa yang terjadi di Alaska secara hidrologi dengan cara yang belum pernah kita lakukan sebelumnya," kata Tamlin Pavelsky, pemimpin ilmu air tawar SWOT NASA.

SWOT juga akan mengukur dampak perubahan iklim terhadap hidrologi di Alaska. Mengingat suhu yang meningkat dengan cepat menyebabkan aliran sungai meningkat di Lereng Utara, tempat permafrost mencair.

"Itu penting, karena Alaska, yang berada di Kutub Utara, juga merupakan tempat di Amerika Serikat yang paling banyak mengalami perubahan iklim saat ini. Jika Anda ingin tahu mengapa itu penting, pikirkan berapa banyak sumber daya yang kami dapatkan dari Alaska," ujar Pavelsky.

Baca Juga: