Sarapan, lalu mengabadikan foto dan video suasana pasar. Itulah yang dilakukan Hunting Pasar Jakarta, sebuah komunitas pemburu foto dan video di pasar.

Acara makan-makan selalu menggembirakan, terlebih jika dilakukan di pasar yang menjajakan beraneka ragam jajanan. Hunting Pasar Jakarta selalu memulai kegiatan dengan sarapan setelah briefing di meeting point.

"Makanan favorit mie ayam atau bakso," ujar Aditya Umbara, 28, Content Creator Hunting Pasar Jakarta yang ditemui bersama tiga rekannya Bachtiar Rizqi, 27, Humas Hunting Pasar Jakarta dan Adatiya Ostarani, 29, Humas Hunting Pasar Jakarta di sebuah kafe dibilangan Tebet, Jakarta, Rabu (16/5) malam.

Selesai sarapan, mereka mulai mengajak ngobrol sejumlah pedagang pasar untuk menjalin komunikasi. "Supaya, kita dapat ekspresinya (saat pengambilan gambar)," ujar Bachtiar yang tidak menyukai foto model ini. Selain itu dengan komunikasi, para pedagang yang menjadi obyek foto akan lebih terbuka sekaligus sebagai permohonan ijin pengambilan gambar. Namun, jika mereka tidak berkenan di foto, para fotografer dan videografer tidak akan memaksa untuk mengambil gambar. Dalam sesi hunting yang berjumlah 30 sampai 50 orang, peserta akan dibagi menjadi beberapa kelompok.

Tiap kelompok terdiri dari tiga sampai empat orang. Pembagian kelompok ini tidak lain supaya mereka tidak terlihat kerumunan orang yang memenuhi pasar dan dapat menjaga satu sama lain.

Seperti jika ada gesekan dengan penghuni pasar selama proses perekaman gambar. "Kalau dimintain kamera sih enggak, jangan sampai. Kalau uang, pernah," ujar Adatiya Ostarani, yang biasa disapa Che oleh teman-temannya. Kadang-kadang, para pedagang tidak mudah didekati untuk diajak ngobrol apalagi diambil gambarnya.

Terlebih jika berhembus isu penggusuran maupun pemindahan pasar yang kerap terjadi belakangan ini. "Karena mereka tuh takut digusur atau dipindahkan, kayak kemarin yang terjadi di Pasar Benhil (Bendungan Hilir) dan Pasar Minggu," ujar Che. Dari sebanyak 10 pedagang yang didekati, paling-paling hanya sekitar 4 sampai 5 orang yang mau diajak ngobrol sebelum pengambilan gambar. Acapkali, kegiatan komunitas disangka sebagai bagian uang kaget, sebuah program televisi tentang pemberian uang. "Mereka pingin uang easy money, itu juga miris buat kita," ujar Che yang menyukai street photography.

Kehidupan pasar selalu memiliki cerita kehidupan yang tidak pernah usai. Hunting foto dan video dilakukan setiap hari Sabtu pukul 07.00 sampai sekitar 12.00 WIB. Selalu ada tema yang diangkat setiap kali hunting untuk memudahkan anggota, terutama anggota yang tengah belajar fotografi maupun videografi.

Informasi hunting perminggunya dapat dilihat melalui sejumlah akun di media sosial, seperti Twitter @huntingpasarjakarta, IG@huntingpasar. Jkt dan FB di Hunting Pasarjakarta. Komunitas terbuka secara umum, baik pemula maupun professional. Bahkan, beberapa anggotanya merupakan kameramen sebuah stasiun televisi. Pengambilan gambar tidak selalu menggunakan kamera profesional, anggota dapat menggunakan telepon seluler untuk pengambilan gambar.

"Bahkan, ada yang datang bawa kamera tapi tidak motret. Alasannya datang untuk cari teman," ujar Che. Sampai saat ini, anggota komunitas kebanyakan anak muda berusia antara 17 sampai 40 tahun. Hunting Pasar Jakarta merupakan perwakilan komunitas Hunting Pasar yang berpusat di Yogyakarta.

Komunitas Hunting Pasar didirikan oleh Bagoes Kresnawan (30) bersama istrinya Astri Wulandari (28). Hunting Pasar Jakarta yang berdiri pada Januari 2018 telah menjelajahi sejumlah pasar di Jakarta, di antaranya Pasar Baru, Pasar Palmerah, Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Minggu, Pasar Benhil maupun Pasar Asemka. Masih banyak pasar di Jakarta yang menunggu untuk diabadikan gambarnya. Tentu sebagai sekadar hobi atau malah bisa menyumbang referensi keberadaan pasar di Tanah Air. din/E-6

Memotret Pola Transaksi yang Humanis

Pasar adalah tempat berniaga. Makna tersebutlah yang terus dihidupkan komunitas Hunting Pasar Jakarta. Mereka tidak hanya merekam gambar namun ikut menjaga sendi perekonomian pasar. "Kita harus berniaga untuk memajukan pasar itu sendiri," ujar Adatiya Ostarani, 28 atau Che. Kue-kue tersebut menjadi sajian sarapan bersama sebelum melakukan hunting.

Di sisi lain, adanya transaksi memudahkan menjalin komunikasi dengan para perdagangan. Transaksi dapat menjadi pembuka obrolan cerita yang hanya diketahui oleh pedagang pasar. Salah satunya, tentang penjual buah yang dapat menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi. Tanpa obrolan, para penggiat foto di pasar tidak akan pernah mendapatkan cerita suksesnya kehidupan para pedagang pasar. Bachtiar Rizqi, 27, menemukan pengalaman serupa yang dijumpai Che.

Ia mendengar langsung pedagang yang bisa menyekolahkan anaknya di fakultas kedokteran sebuah perguruan tinggi negeri. Akhirnya, Bachtiar yang semula menganggap pasar sebagai tempat becek dan tidak aman berubah pandangan. "Ternyata ekonomi di pasar maju," ujar dia dibalik penampilan pasar yang kadang kurang sedap dipandang mata. Alhasil selama di pasar, para anggota komunitas Hunting Pasar Jakarta tak sekedar mengambil gambar.

Banyak diantaranya memanfaatkan kesempatan sekalian untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Mereka membeli panci atau ember yang harga jauh lebih murah ketimbang supermarket langganan. Jajan maupun belanja di pasar sembari mengambil foto telah menjadi tagline komunitas. Belanja atau jajan di pasar samahalnya menjaga pendidikan. Sebab, sebagian besar pedagang yang ditemui menggunakan uang hasil bergadang untuk membiayai sekolah anak-anaknya.

Di tengah deru mesin kapitalis yang makin menggeliat, keberadaan pasar makin terpinggirkan. Tempat niaga tersebut bersaing dengan supermarket dengan modal saham. Keberadaan pasar sebagai roda ekonomi masyarakat perlu diselamatkan, salah satunya dengan berniaga di pasar. din/E-6

Kala Para Milenial Turun ke Pasar

Hampir tidak pernah tersirat dibenak untuk datang ke pasar. Hanya mal maupun supermarket selalu menjadi acuan tempat belanja para milenial. Namun setelah turun ke pasar, mereka baru menyadari ternyata ada kehidupan pasar yang selama ini jarang terangkat ke permukaan.

Aditya Umbara, 28, Content Creator (Video) Hunting Pasar Jakarta tidak menyangka bahwa pemanggul bayam di Pasar Minggu memiliki anak yang bersekolah di Universitas Indonesia. Pedagang bayam yang selalu menyiapkan dagangannya sebelum dijajakan mengatakan alasannya berdagang lebih bersifat sosial bukan untuk mencari laba. Ia tidak mau diam di rumah.

"Kalau di rumah, katanya malah sakit," ujar dia. Kehidupan lainnya, ia baru mengetahui bahwa setiap siang Satpol PP di Pasar Minggu selalu menertibkan pasar. "Sampah-sampah yang berada di lantai atas dibuang," ujar dia.

Banyak cerita kehidupan pasar yang tidak muncul ke permukaan. Alhasil, hunting foto maupun video di pasar tidak hanya mendapatkan obyek human interest. Ia jadi mengetahui kehidupan di pasar secara lebih mendalam. Bagi Adit, pasar bukan merupakan tempat asing.

Saat masih SMP, ia kerap ikut mamanya selepas Subuh ke pasar. Tujuannya tidak lain untuk mencari sarapan sebelum berangkat ke sekolah. Namun saat telah dewasa, laki-laki yang bekerja sebagai post producer film ini mulai jarang ke pasar. Kehidupannya sebagai anak muda lebih banyak menghabiskan waktu di tempat nongkrong yang menjamur di ibu kota. Bachtiar Rizqi (27), karyawan IT menemukan pengalaman yang tidak jauh berbeda.

Ia melihat semangat orang-orang memperjuangkan kehidupan di pasar. Seperti, pengamen buta yang menyanyikan lagu dengan piano lalu didekatnya ada semacam kotak sumbangan untuk orang yang ingin berderma.

"Mungkin buat orang lain biasa, tapi buat saya semangatnya (pengamen buta) itu tinggi," ujar dia. Sebagai anak yang dibesarkan orang tua single parent, ibu, dia tergolong anak yang cuek dengan orang tuanya. Namun di pasar, ia menemukan lingkungan di luar dugaannya. "Saya menemukan ibu-ibu yang ramah. Mereka menanyakan dari mana? Foto dong mas," ujar dia menceritakan pertemuannya dengan para pedagang pasar.

Kini, pasar akan menjadi tujuan wisata ketika Bachtiar berplesiran ke suatu tempat. Sepertihalnya, ketika ia pulang kampung halamannya di Brebes, Jawa Tengah. Ia berpamitan kepada orang rumah untuk pergi ke pasar. "Mereka keheranan," ujar dia. Karenanya sebelumnya, Bachtiar hampir tidak pernah pergi ke pasar. din/E-6

Baca Juga: