Jakarta - Sangat mengkhawatirkan, survei Opini Eksekutif (Executive Opinion Survey/EOS) 2023 yang disusun oleh Zurich Insurance Group bersama World Economic Forum (WEF) menunjukkan pelemahan ekonomi menjadi ancaman untuk Indonesia selama dua tahun ke depan.

Kekhawatiran terhadap pelemahan ekonomi di Indonesia, antara lain berkaitan dengan risiko yang berpotensi ditimbulkan dari penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu 2024).

"Mungkin beberapa bulan sebelumnya, kita sudah ramai sekali dengan aktivitas kampanye, sehingga ekonomi itu sebagian mungkin adaupside-nya karena untuk kampanye orang beli mobil, beli pakaian seragam, kemudian adaspending. Pada saat yang sama, sektor bisnis bisa jadi ada yang agak skeptis," kata Chief Risk Officer PT Zurich Asuransi Indonesia Wayan Pariaman dalam agenda diskusi media di Jakarta, Senin.

Pada tahun 2023, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan berada pada level 5,1 persen. Namun, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia mengungkapkan bahwa perlambatan ekonomi dunia dan ketidakpastian global berpotensi menjadi tantangan dalam pencapaian target pertumbuhan ekonomi Tanah Air pada tahun 2024.

Selain tantangan pelambatan ekonomi, pengusaha dan eksekutif Indonesia menganggap tantangan lain berasal dari cuaca ekstrem yang menempati posisi tertinggi kedua. Kendati banjir dan cuaca panas sudah biasa terjadi di Indonesia, risiko dari isu lingkungan dari cuaca ekstrem memberikan efek yang cukup mengkhawatirkan terhadap sektor bisnis dan perekonomian.

"Kalau menurut kami,magnitudedaripada kerugian akibat cuaca ini makin lama makin besar, sehingga kekhawatiran bahwa ini akan bisa menjadi risiko kalau inimaterializebisa jadiimpact-nya lebih besar. Misalnya, saya ingat kita bayar klaim asuransi mobil akibat banjir hingga Rp64 miliar untuk satucustomersaja karena mobilnya banyak.It's never happenedsebelumnya," ujarnya lagi.

EOS 2023 juga mencatatkan isu penyakit menular menjadi risiko tertinggi ketiga yang menjadi ancaman di Indonesia.

Kewaspadaan terhadap penyakit menular terus menjadi fokus masyarakat, mengingat Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Surat Edaran (SE) tentang "Kewaspadaan Terhadap Kejadian Mycoplasma Pneumonia di Indonesia". SE tersebut dikeluarkan karena penyakit yang disebabkan infeksi bakteri di saluran pernapasan itu meningkat 40 persen terhadap anak-anak di Tiongkok Utara, Tiongkok.

Risiko selanjutnya berkaitan dengan ancaman kekurangan pasokan energi. Walaupun Indonesia memiliki energi yang melimpah, tetapi energi yang diproduksi berasal dari fosil. Upaya pemanfaatan energi yang lebih ramah lingkungan cenderung sulit dilakukan, di antaranya karena membutuhkan pendanaan besar untuk pengembangan inovasi teknologi.

Terakhir, para eksekutif menganggap pengangguran sebagai ancaman tertinggi kelima di Indonesia.

"Dari perspektif global, termasuk Indonesia, tantangan ekonomi tetap menjadi isu utama dalam lima risiko tertinggi. Meskipun demikian, kekhawatiran atas risiko terkait cuaca ekstrem dan penyakit menular di Indonesia telah merambah dan dapat berdampak ke berbagai sektor. Melihat hal ini, Zurich siap untuk meningkatkan peran kolaboratif dengan banyak pemangku kepentingan, pelaku bisnis, dan pihak terkait lainnya untuk mengelola risiko dan mengurangi dampak bagi masyarakat, hal ini merupakan bagian dari komitmen kami dalam menciptakan masa depan yang lebih baik," ujar Wayan dalam keterangan tertulisnya.

Baca Juga: