Carl Lumholtz dalam buku Through Central Borneo; An Account of Two Years’ Travel in the Land of the Head-hunters Between the Years 1913 and 1917 yang diterbitkan pada 1920, menyatakan orang Uud Danum sangat ramah dengan paras perempuannya rata-rata cantik.

Desa Rantau Malam di Kecamatan Serawai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, merupakan pintu gerbang ke pendakian Bukit Raya. Di desa para petualang akan menemukan harta karun berupa adat-istiadat khas suku Dayak Uud Danum, sejarah, kerajinan, alam dan sumber dayanya dan keramahan masyarakatnya.

Carl Lumholtz dalam buku Through Central Borneo; An Account of Two Years' Travel in the Land of the Head-hunters Between the Years 1913 and 1917 yang diterbitkan pada 1920, menyatakan orang Uud Danum sangat ramah dengan paras perempuannya rata-rata cantik.

Dayak Uud Danum merupakan satu sub-suku Dayak dengan ciri khas bermukim di wilayah hulu sungai. Hal ini terbukti dengan tidak ada pemukiman lain yang terdapat di lebih di atas dari Desa Rantau Malam. Jika ada pemukiman lain di hulu, maka mereka akan membuat pemukiman baru yang berlokasi lebih ke hulu.

Laman Nasional Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya (TNBBBR) menyebut Desa Rantau Malam adalah salah satu dari 38 desa yang termasuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Serawai. Luasnya mencapai 101,00 kilometer persegi atau sekitar 0,05 persen dari keseluruhan total wilayah Kecamatan Serawai.

Sejarah Desa Rantau Malam dimulai saat Macan Ondo yang merupakan keturunan dari Panembahan Sintang lari dan tinggal di hulu sungai dikarenakan adanya tekanan dari penjajah Belanda. Ia pindah ke Nanga Suai yang terletak di seberang Kampung Unit.

Kemudian Macan Ondo memanggil kembali masyarakat dan menentukan daerah yang dapat dijadikan lokasi pemukiman dengan menancapkan tiang pertama di Betang pada tahun 1920-an. Lokasi tempat mereka bermukim dinamakan Korong Ondo namun diubah menjadi Rantau Malam. Penggantian nama ini karena orang-orang merantau dan kembali ke rumah akan tiba pada malam hari.

Desa Rantau Malam dihuni oleh Suku Dayak Uud Danum. Uud artinya hulu dan Danum artinya air atau sungai. Jadi Suku Dayak Uud Danum adalah orang dayak yang tinggal di hulu sungai. Memang budaya dan adat masyarakat Dayak Uud Danum kental dengan alam terutama sungai.

Beberapa aktivitas masyarakat selalu dihubungkan dengan adat dan budaya setempat yang telah mereka terapkan secara turun-temurun dari zaman nenek moyang. Adapun budaya yang masih dipegang teguh oleh masyarakat Suku Dayak Uud Danum di Desa Rantau Malam yaitu Dalo.

Dalo adalah upacara kematian pengangkatan tulang dari kuburan kemudian disimpan dalam sandung atau tempat menyimpan tulang. Sedangkan nyorat atau dalo' kecil dilaksanakan setelah prosesi penguburan mayat.

Acara adat lainnya adalah Hosaki atau nikah adat, nyahki dilit atau acara selamatan 7 bulan, Hopong upacara penyambutan tamu, nohkak hajat adalah upacara membayar hajat. Lainnya adalah bahajat yaitu upacara memberi sesajen dengan harapan hasil panen dan buah memuaskan, nyukuih hajat adalah ritual sebelum dan sesudah mendaki ke Bukit Raya.

Di Desa Rantau Malam juga terdapat peninggalan budaya berupa rumah betang yang merupakan satu-satunya rumah betang yang masih tersisa di daerah hulu Serawai. Toras adalah tempat mengikat korban sapi atau kerbau, tajahan atau rumah kecil tempat berhajat.

Selain budaya masyarakatnya yang unik, Desa Rantau Malam juga memiliki kerajinan tangan yang unik antara lain kayak mandau, gelang, pekaru, tengkalang, tombak, perisai, tikar lampit, kursi rotan, tikar pandan dan lain-lain. Kerajinan tangan tersebut dibuat oleh masyarakatnya dengan menggunakan bahan-bahan alami, seperti rotan, resam, pandan kajang, dan kayu nibung.

Desa Rantau Malam juga menawarkan pemandangan topografi perbukitan dan dataran tinggi yang bergelombang, sungai-sungai yang mengalir dengan air jernih. Sungai Serawai, Sungai Lihkut Lobuk, Sungai Unit, Sungai Selamur dan Sungai Remukoi adalah pesona alam selama berada di desa ini.

Bagi pemburu air terjun di Rantau Malam ada dua air terjuan yang bisa dinikmati untuk membersihkan badan sekaligus melepas lelah. Di tempat ini juga tersedia 9 homestay yang siap menampung para tamu.

Puncak Bukit Raya, kekayaan budaya yang suku Dayak Uud Danum yang unik merupakan banyak orang bersiap berpetualang atau berwisatawan ke TNBBBR. Kekayaan alam yang ada serta budaya yang dimiliki adalah kekayaan bangsa ini yang perlu dirawat kelestariannya. hay/I-1

Baca Juga: