HONG KONG - Bloomberg News baru-baru ini melaporkan Bursa Hong Kong pada Kamis (26/9), menagguhkan saham Evergrande, setelah pimpinan pengembang real estate Tiongkok itu dilaporkan telah ditempatkan di bawah pengawasan.

Saham Evergrande pada Rabuditutup pada 32 sen Hong Kong. Ini bukan kali pertama saham Evergrande disuspensi. Perdagangan dihentikan padaMaret tahun lalu dan baru melanjutkan perdagangan pada 28 Agustus, setelah jeda selama 17 bulan.

Pada Rabu malam, Evergrande melaporkan kerugian yang diatribusikan kepada pemegang saham sebesar atau33 miliar yuan 4,15 miliar dollar AS untuk enam bulan yang berakhir pada Juni. Kerugian operasional mencapai 11,72 miliar yuan, turun dari 39,36 miliar pada paruh pertama tahun 2022.

Pada Juli, perusahaan membukukan kerugian bersih gabungan sebesar 81 miliar dolar AS untuk tahun 2021 dan 2022, dalam laporan pendapatannya yang telah lama tertunda. Bandingkan dengan laba bersih sebesar 8,1 miliar yuan pada tahun 2020, sebelum perusahaan tersebut mengalami gagal bayar.

Baru bulan ini, Evergrande menunda pertemuan restrukturisasi utang dengan para kreditor, dengan mengatakan dalam pengajuannya "penjualan Grup belum seperti yang diharapkan oleh perusahaan" sejak pengumuman restrukturisasi utang pada bulan Maret.

"Oleh karena itu, Evergrande menganggap perlu untuk menilai kembali persyaratan usulan restrukturisasi untuk memenuhi situasi objektif perusahaan dan permintaan para kreditur," katanya.

Perusahaan juga mengungkapkan karenapenyelidikan terhadap anak perusahaan Hengda Real Estate, menyebabkab perusahaan tidak dapat menerbitkan surat utang baru berdasarkan rencana restrukturisasi utangnya.

Reuters melaporkan, unit Evergrande sedang diselidiki oleh regulator sekuritas Tiongkok atas dugaan pelanggaran keterbukaan informasi. Perkembangan terbaru terjadi seminggu setelah polisi menahan beberapa staf di unit pengelolaan kekayaan Evergrande.

Pada Agustus,Evergrande mengajukan permohonan perlindungan kebangkrutan Bab 15 di Pengadilan AS, yang memungkinkan pengadilan kebangkrutan AS untuk melakukan intervensi dalam kasus kebangkrutan lintas batas yang melibatkan perusahaan asing yang sedang menjalani restrukturisasi dari kreditor.

Menurut pengajuan tersebut, Tianji Holdings, afiliasi Evergrande, dan anak perusahaannya, Scenery Journey, juga mengajukan perlindungan Bab 15 di pengadilan kebangkrutan Manhattan.

Evergrande gagal bayar pada 2021dan mengumumkan program restrukturisasi utang luar negeri pada bulan Maret, setelah kesulitan menyelesaikan proyek dan membayar kembali pemasok dan pemberi pinjaman.

Baca Juga: