WUHAN - Aryna Sabalenka menjadi pemain pertama yang memenangkan Wuhan Open tiga kali setelah mengalahkan petenis tuan rumah, Zheng Qinwen, dengan skor 6-3, 5-7, 6-3 di laga final yang berlangsung Minggu (13/10) malam waktu setempat. Unggulan utama ini, yang juga menang di turnamen itu pada 2018 dan 2019, mempertahankan catatannya yang sempurna di Wuhan menjadi 17-0 tanpa kekalahan.

Sabalenka menghadapi perlawanan sengit dari Zheng dalam ulangan final Australia Open 2024. Akhirnya berhasil meraih gelar kelimanya di Tiongkok era Open. Dengan dua gelar Grand Slam dan kemenangan WTA 1000 di Cincinnati pada 2024, Sabalenka meraih trofi keempatnya musim ini dari tujuh final. Petenis berusia 26 tahun ini memperkuat peluangnya untuk mengakhiri tahun sebagai peringkat satu dunia, bersaing ketat dengan Iga Swiatek.

Persaingan ini kemungkinan akan ditentukan di WTA Finals yang akan diadakan di Riyadh bulan depan. "Persaingan peringkat saat ini sangat ketat. Sangat menyenangkan melihatnya," ujar Sabalenka. Dia tertinggal dari Swiatek di peringkat dunia dengan kurang dari 100 poin.

Zheng belum pernah memenangkan satu set pun melawan Sabalenka dalam tiga pertemuan. Semuanya terjadi di turnamen Grand Slam dalam 13 bulan terakhir. Di final kali ini, Zheng, peraih medali emas Olimpiade, bertanding di hadapan pendukungnya di kota tempat dibesarkan.

Sabalenka mendapatkan break pertama set pertama dengan unggul 4-2 setelah Zheng melakukan double-fault di depan penonton yang penuh, sebanyak 13.000 orang. Petenis asal Belarus ini menyelesaikan set pertama dengan servis ace keduanya. Dia hanya kehilangan lima poin dari servisnya sepanjang set.

Sabalenka tampak berada di jalur kemenangan mudah setelah mendapatkan break di game ketiga set kedua, namun Zheng tidak menyerah begitu saja. Petenis peringkat tujuh dunia ini langsung membalas dengan break pertamanya sepanjang empat pertemuan mereka, membuat set kedua kembali seimbang.

Pertarungan berubah menjadi saling kejar mengejar, dengan Zheng sempat unggul 5-3 sebelum Sabalenka menyamakan kedudukan. Momen penentuan bagi Zheng datang di game ke-12 ketika memanfaatkan kesalahan Sabalenka untuk mencuri set tersebut dan memaksa pertandingan berlanjut ke set ketiga. Di set penentuan, Sabalenka memulai dengan dua break cepat, unggul 3-0.

Zheng hampir berhasil mengejar ketertinggalan, namun gagal memanfaatkan peluangnya. Sabalenka akhirnya menutup kemenangan setelah pertandingan berlangsung selama 2 jam 40 menit. Zheng, 22 tahun, masih bisa mengambil sisi positif dari pencapaiannya di Wuhan. Dia menjadi finalis asal Tiongkok pertama dalam sejarah turnamen itu. ben/AFP/G-1

Baca Juga: