YOGYAKARTA - Mataram, karena politikdevide et imperaBelanda dan Inggris terpecah menjadi empat kerajaan.Catur-Sagatramasing-masing adalah Ngayogyakarta, Surakarta, Mangkunegaran dan Pakualaman.

Namun, generasi masa kini harus melupakan sejarah yang berujung perpecahan. Bersinergi bersama untuk membangkitkan ruh "sultan-agungan" dan meneruskan pengetahuan terhadap budaya dan tradisi pada generasi selanjutnya.

Demikian yang mengemuka dalam Dialog Budaya dan Seni "Yogyasemesta" Seri-139 mengangkat topik "Memaknai Budaya Jawa, Menguatkan Pilar Kebangsaan".

Acara ini dihadiri oleh GKR Mangkubumi, GKR Hayu, KPH. Notonegoro, GRAj. Ancillasura Marina Sudjiwo, Prof. Sardono W. Kusumo, dan pegiat budaya. Talkshow yang dimoderatori oleh Hari Dendi ini berlangsung di nDalem Tjokronegaran, Kemantren Keraton, Yogyakarta, pada Selasa (21/6) malam lalu.

Dalam paparannya, GKR Mangkubumi mengatakan bahwa pada masa Sultan Agung, telah dibangun konsep dasar Kebudayaan Jawa yang khas. Setelah dikembangkan oleh Sri Sultan HB I dan dilanjutkan oleh Sri Sultan HB IX, kemudian menjadi dasar kebudayaan Kraton Yogyakarta. Oleh sebab itu Kraton mendapat pengakuan sebagai Pusat Kebudayaan.

Dialog ini adalah sebuah rintisan awal yang diharapkan bisa dikembangkan pada momentumCatur-Sagatrayang digagas Dinas Kebudayaan (Kundha kabudayan). Menjadi rangkaian kegiatan dalam perjalananan mewujudkan Pusat Studi Mataram. Melibatkan ahli trans disiplin dari kampus-kampus yang ada di Yogyakarta dan Surakarta. Bertujuan untuk menyatukan kembali "Semangat Mataram". Dalam rangka menyongsong terbangunnyaTrah Agung Mataram yang kumawulasebagaibinding powerKota Kembar "Surakarta-Ngayogyakarta".

"Kita banyak sekali budaya-budaya, salah satunya aksara. Menjadi PR kita bersama, PR yang selalu jadi tugas adalah bagaimana kemudian memaknai budaya itu sendiri, yang sekarang rupanya di generasi muda ini, banyak sekali dilupakan," ungkap GKR Mangkubumi dikutip dari rilis pers Pemda DIY, Kamis (24/6).

Menurut Gusti Mangkubumi, Keraton Yogyakarta, Kasunanan Surakarta serta Kadipaten Mangkunegaran dan Kadipaten Paku Alaman merupakan pusat museum hidup kebudayaan Jawa.

Tidak hanya menjadi tempat tinggal semata, empat Istana Jawa ini juga menjadi kiblat perkembangan budaya Jawa. Oleh karenanya, menyebarluaskan pengetahuan kepada masyarakat soal budaya yang dimiliki merupakan upaya yang terus dilakukan.

Mewujudkan kerajaan sebagai Pusat Kebudayaan Jawa dengan melestarikan seni tari, membangun perpustakaan/museum berbasis digital, menggelar pertunjukkan budaya dengan konsep masa kini, adalah beberapa hal yang dilakukan untuk menjaga nilai yang melekat di dalamnya. Sehingga bisa membangkitkan minat generasi muda pada warisan budaya sendiri.

Baca Juga: