Para pelanggan Perusahaan Listrik Negara (PLN) Unit Induk Distribusi Jakarta Raya (Disjaya) tampak serius memperhatikan paparan ekonom senior Institute for Developmet of Economics and Finance (Indef) Sri Eny Hartati tentang kondisi perekonomian saat ini dan prospek 2020.

Mereka terkesan dengan penyajian data serta sedikit terperangah ketika disebutkan Indef memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan tidak lebih dari 4,8-4,9 persen atau di bawah target pemerintah sebesar 5,05-5,06 persen. Eny bahkan menegaskan kondisi perekonomian pada tahun depan bakal lebih parah lagi apabila tidak ada investasi yang masuk ke sektor manufaktur atau sekunder. "Tahun 2013, porsi sektor sekunder masih 53,4 persen, tersier 22 persen.

Tahun 2018, porsi sektor sekunder tinggal 35,3 persen dan tersier 48,2 persen. Sedangkan tahun 2019, sektor sekunder tinggal 24,5 persen, tersier atau jasa menjadi 59, persen.

Pergeseran masif sektor sekunder ke tersier ini menandakan kualitas investasi menurun," papar Eny pada temu pelanggan PLN UID Jakarta Raya dengan tema Outlook 2020: Econolictricy Optimalization di Jakarta, Rabu (18/12). Eny tidak sendirian, dia didampingi General Manager PLN UID Jaya Raya M Ikhsan Asaad, Kabiro Perekonomian DKI Jakarta Mochamad Abbas, dan Kapuskum BKPM Riyatno. Eny menambahkan pergeseran investasi itu mempunyai konsekuensi sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi.

"Artinya, ketika investasi yang masuk tidak memberikan nilai tambah, seperti penyerapan tenaga kerja, maka multiplier effect yang menjadi kepentingan nasional menjadi rendah," jelasnya. Apa yang disampaikan Enny tentang kondisi ekonomi Indonesia merupakan bahan dasar untuk meneropong pertumbuhan ekonomi 2020.

Walaupun diprediksi lebih rendah dari tahun sebelumnya, tapi perekonomian pada tahun depan tetap tumbuh. Inilah sebab, GM PLN UID Jakarta Raya, Ikhsan Asaad tetap optimistis mampu meningkatkan jumlah pelanggan pada tahun depan. "Jakarta ini barometer listrik nasional dan cash cow PLN pusat.

Kalau kita tidak optimistis, berarti bisnis listrik secara nasional jadi pesimistis," ujarnya. Saat ini pelanggan PLN UID Jakarta Raya sebanyak 4,7 juta, yang terdiri 60 persen pelanggan rumah tangga, pelanggan bisnis 20 persen, dan sisanya sektor industri.

"Masalahnya 2017-2018 pertumbuhan listrik Jakarta minus 2,6 persen sehingga harus melakukan inovasi dengan membuat produk baru dan aktif melakukan pemasaran. Hasilnya, pada tahun 2019 pertumbuhan pernjualan naik menjadi 4,2 persen dan tahun depan diproyeksikan 6 persen ," jelas Ikhsan.

Terkait pendapatan, PLN Jaya Raya pada tahun depan menargetkan sebesar 50 triliun rupiah. Untuk tahun ini hingga November 2019 sudah 38 triliun rupiah, sementara targetnya 44 triliun rupiah.

Untuk mencapai target, PLN UID Jakarta Raya akan melakukan sejumlah terobosan, di antaranya mengeluarkan produk baru yang bisa meningkatkan penjualan listrik. yoyok bp/E-12

Baca Juga: