JAKARTA - Hari sudah senja, menjelang magrib tiba. Saat itu, pada tanggal 18 Juli 2016, sekitar pukul 17.00 WITA, di sekitar Desa Tambarana, sebuah desa yang di Poso Pesisir Utara, 9 prajurit TNI dari Yonif Raider 515/Kostrad sedang melakukan patroli di wilayah pegunungan yang ada di sana.

Saat itulah, 9 prajurit Kostrad yang tergabung dalam pasukan bersandi Alfa-29 ini menemukan sebuah gubuk. Di sekitar gubuk, para prajurit melihat beberapa orang tidak dikenal sedang mengambil sayur dan ubi untuk menutup jejak.

Sembilan prajurit Kostrad ini pun kemudian melakukan pengendapan. Di sungai, mereka juga menemukan jejak orang serta mendapati tiga orang di sebelah sungai. Tapi, tiga orang itu langsung menghilang.

Dengan mengendap-endap, 9 prajurit Kostrad ini mendekati sasaran. Mereka bergerak dalam senyap. Setelah berada dalam jarak sekitar 30 meter, dan memastikan bahwa orang-orang tersebut adalah kelompok bersenjata, penyergapan pun dimulai.

Kontak tembak tak terhindarkan. Desing peluru berhamburan memecah kesunyian senja. Setengah jam lamanya, kontak tembak terjadi. Sampai kemudian keadaan dikuasai 9 prajurit Kostrad.

Setelah merasa perlawanan sudah tak ada lagi dari kelompok bersenjata, 9 prajurit Kostrad ini melakukan penyisiran. Benar saja, setelah lokasi baku tembak disisir, ditemukan dua jenazah dan sepucuk senjata api laras panjang. Sedangkan tiga orang lainnya berhasil kabur.

Baru setelah itu diketahui, salah satu jenazah dari kelompok bersenjata yang tewas itu adalah orang yang paling dicari. Dia, adalah Santoso, bos besar kelompok teroris Poso. Sementara satu jenazah lainnya dikenali bernama Mukhtar. Dua jenazah itu kemudian dievakuasi pada Selasa pagi ke Polsek Tambarana, Poso Pesisir Utara. Hanya beberapa menit di Polsek Tambarana, kedua jenazah langsung diterbangkan dengan sebuah helikopter menuju Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufrie Palu.

Saat itu, Kepala Satuan Tugas Operasi Tinombala Kombes (Pol) Leo Bona Lubis membenarkan kontak tembak yang menewaskan Santoso. Kata dia, kepastian Santoso tewas diperoleh dari hasil identifikasi fisik luar dan dari keterangan saksi-saksi.

"Saya selaku kepala operasi menyatakan bahwa hasil kontak tembak, salah satu (korban tewas) adalah DPO yang selama ini dicari, yaitu gembong teroris Santoso dan Mukhtar yang masuk dalam daftar pencarian orang," ujarnya kala itu.

Baca Juga: