Bila pada RUU Haluan Ideologi Pancasila memuat tentang konsep trisila dan ekasila, maka pada Rancangan Undang-Undang Badan Pembinaan Ideologi Pancasila mengatur tentang tugas, fungsi, wewenang, dan struktur kelembagaan Badan Pembinaan Ideologi ­Pancasila.

Setelah mendapat penolakan dari publik, pemerintah mengubah atau mengganti Rancangan Undang-Undang (RUU) Haluan Ideologi Pancasila (HIP) menjadi Rancangan Undang-Undang Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan mengajukan kembali ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Bila pada RUU Haluan Ideologi Pancasila memuat tentang konsep trisila dan ekasila, maka pada Rancangan Undang-Undang Badan Pembinaan Ideologi Pancasila mengatur tentang tugas, fungsi, wewenang, dan struktur kelembagaan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila. Muatan tentang penafsiran Pancasila atau sejarah Pancasila dihapus dalam Rancangan Undang-Undang Badan Pembinaan Ideologi Pancasila. Sedangkan TAP MPRS Nomor 25 Tahun 1966 tentang Pembubaran PKI dan Larangan Komunisme/Marxisme-Leninisme dicantumkan dalam konsiderans RUU BPIP

Konsep Rancangan Undang-Undang Badan Pembinaan Ideologi Pancasila yang diserahkan pemerintah itu merupakan tindak lanjut atas permintaan penundaan pembahasan Rancangan Undang Undang Haluan Ideologi Pancasila yang merupakan usul DPR.

Kita tentu menghormati langkah pemerintah yang mengajukan Rancangan Undang-Undang Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, sebagai tindak lanjut dari permintaan penundaan dari pembahasan Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila. Tetapi, idealnya langkah yang harus dilakukan pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat adalah mencabut Rancangan Undang-Undang (RUU) Haluan Ideologi Pancasila terlebih dahulu dari Program Legislasi Nasional (prolegnas) prioritas tahun 2020, setelah itu baru kemudian mengajukan kembali Rancangan Undang-Undang Badan Pembinaan Ideologi Pancasila atau rancangan undang-undang baru hasil perbaikan di prolegnas prioritas tahun 2021.

Dengan mengajukan rancangan undang-undang yang sudah diperbaiki, pemerintah dan DPR dapat mengganti judul Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila dengan Rancangan Undang Undang tentang Pembinaan Ideologi Pancasila.

Sebab jika hanya untuk mengatur sebuah kelembagaan yang bernama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila rasanya tidak perlu dengan sebuah Undang-Undang. Tetapi, cukup dalam sebuah Peraturan Presiden (Perpres) saja. Pemerintah seharus berkaca pada pembubaran Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau BP7. Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila pernah ditolak publik setelah tumbangnya rezim Orde Baru (Orba) dan kini akan dibuat kembali lembaga yang sama dengan nama yang berbeda yaitu Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, yang akan dikuatkan dengan Undang Undang sebagai landasan hukumnya.

Pemerintah tak perlu mengajukan konsep Rancangan Undang-Undang sebagai landasan hukum untuk menguatkan keberadaan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila pengganti Rancangan Undang Undang Haluan Ideologi Pancasila. Cukup peraturan presiden saja sebagai landasan hukumnya.

Langkah pemerintah mengajukan Rancangan Undang-Undang Badan Pembinaan Ideologi Pancasila tersebut tidak akan menyelesaikan polemik di tengah masyarakat. Bagi masyarakat, ideologi Pancasila sudah final. Jangan dibawa lagi masyarakat kita sekarang dalam polemik ideologi yang sebenarnya masyarakat menganggap ini sudah final.

Sampai saat ini, keberadaan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila itu pun masih menjadi polemik bahkan ada yang mengusulkan agar keberadaan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila dikaji ulang. Apalagi fungsi dan tujuan masih kurang jelas serta kinerjanya sulit untuk diukur. Tugas Badan Pembinaan Ideologi Pancasila untuk melakukan pembinaan ideologi Pancasila selama ini pun tak terdengar gaungnya. ν

Baca Juga: