Rusun Pasar Rumput bisa dijadikan contoh pembangunan hunian vertikal lainnya, termasuk hunian vertikal DP 0 Persen yang dinjanjikan Gubernur DKI Anies Baswedan dalam kampanyenya.
Sebagai ibu kota negara dan kota terbesar di Indonesia, Jakarta adalah magnet bagi seluruhwarga Indonesia.Tiap tahun Jakarta menjadi tujuan bagi para pencari kerja, baik yang berpendidikan tinggi maupun menengah, baik yang punya skill dan yang tidak punya skill.
Setelah mendapat kerja, tempat tinggal merupakan kebutuhan utama. Kalau dari gaji yang diterima, untuk beli rumah di Jakarta bagi pekerja pemula, lulusan perguruan tinggisekalipun, itu hal yang mustahil. Harga rumah di Jakarta sangat-sangat tidak terjangkau bagi pekerja pemula ataupun keluarga baru. Konon harga tanah termahal di Jakarta di kawasan Thamrin-Sudirman dua tahun lalu, bisa mencapai 150 juta per meter persegi.
Kawasan Jabodetabek akhirnya menjadi pilihan utama bagi pekerja pemula atau keluarga muda. Risikonya, tiap hari harus menempuh waktu sekitar 2 jam untuk menuju tempat kerja. Itu pun harus berdesak-desakan di transportasi umum.Sangat melelahkan dan itu akan mengurangi produktivitasnya.
Menyewa tempat tinggal di dekat kantor memang bisa menjadi alternatif. Tapi daya tampung rumah sewa atau rumah kos sangat terbatas. Membangun hunian vertikal baik itu yang namanya rumah susun ataupun apartemen menjadi solusi mengatasi hal ini.
Menyadarihal ini, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat membangun Rumah Susun Pasar Rumput. Pembangunannya sudah selesai sejak September 2019 lalu dan sudah diserahterimakan ke Pemprov DKI Jakarta.Namun karena sempat digunakan sebagai rumah sakit darurat bagi penderita Covid-19, baru diresmikan Presiden joko Widodo, Senin (20/9).
Rumah Susun Pasar Rumput terdiri dari tiga tower.Masing-masing tower terdiri dari 25 lantai. Rumah Susun yang menghadap kawasan elite Mentengdengan kapasitas 1.984 unit ini, dibangun dengan biaya 970 miliar rupiah.
Tidak terlalu besar, tetapi jelas lebih besar dibanding rusun-rusun yang dibangun sebelumnya.Tiap unit Rumah Susun Pasar Rumput luasnya 36 m2, terdiri dari 2 kamar. Sangat lega dan nyaman untuk keluarga dengan 2 orang anak.
Menjadi istimewa karena Rusun ini dibangun dengan konsep mixed-use development, yaitu tidak hanya berfungsi sebagai hunian tetapi juga dibangun di atas pasar dengan jumlah kios 1.000 lebih yang dilengkapi fasilitas sosial dan fasilitas umum yang lengkap. Penghuni tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi lagi untuk belanja kebutuhan sehari-hari.
Rusun Pasar Rumput diharapkan bisa menampung warga di bantaran Kali Ciliwung yang terdampak program naturalisasi sungai. Jumlahnya ada 90 Kepala Keluarga. Sisa unit yang tersedia pasti akan menjadi rebutan para keluarga muda yang belum memiliki tempat tinggal memadai, atau juga bagi mereka yang sudah memiliki tempat tinggal tetapi waktu tempuh ke tempat kerja sangat lama dan melelahkan.
Rusun Pasar rumput sangat strategis.Berada di tengah kota. Hanya butuh waktu belasan menit untuk menuju tempat kerja di kawasan Kuningan, Sudirman, dan Thamrin.
Rusun Pasar Rumput bisa dijadikan contoh pembangunan-pembangunan hunian vertikal lainnya, termasuk hunian vertikal DP 0 Persen yang dinjanjikan Gubernur DKI Anies Baswedan dalam kampanyenya.