Russia mengklaim bahwa pasukannya telah berhasil merebut sebagian besar wilayah timur Ukraina setelah mereka meluncurkan invasi selama hampir tiga bulan.

POKROVSK - Invasi Russia ke Ukraina yang telah berlangsung hampir tiga bulan memang telah diwarnai oleh perencanaan yang cacat, intelijen yang buruk, kebiadaban dan gempuran penghancuran yang tidak disengaja, akan tetapi pada kenyataan secara geografis, Russia telah meraih kemenangan di medan pertempuran.

Kementerian Pertahanan Russia pada Selasa (10/5) mengatakan bahwa laju pasukannya di Ukraina timur telah berhasil mencapai perbatasan antara Donetsk dan Luhansk, dua provinsi berbahasa Russia di mana separatis yang didukung Moskwa telah berperang melawan tentara Ukraina selama delapan tahun.

Pernyataan kementerian itu, jika telah dikonfirmasi, bakal memperkuat prospek bahwa Russia dapat segera memperoleh kendali penuh atas wilayah tersebut yang juga dikenal sebagai Donbas.

Kemenangan itu melebihi dari tujuan utama yang diharapkan Presiden Vladimir Putin saat ia mengumumkan operasi militer khusus ke Ukraina yaitu merebut jembatan darat yang menghubungkan wilayah Russia ke Semenanjung Crimea.

Penguasaan sepenuhnya Donbas yang dikombinasikan dengan keberhasilan merebut wilayah selatan Ukraina yang berbatasan dengan Semenanjung Crimea yang dianeksasi Russia pada 2014, bakal memberikan Kremlin pengaruh yang sangat besar dalam setiap negosiasi di masa depan untuk menghentikan konflik.

Dan Russia juga akan menikmati keuntungan tambahan dari dominasi angkatan laut di Laut Hitam. Laut ini kini jadi satu-satunya rute maritim untuk perdagangan Ukraina, yang telah mereka lumpuhkan dengan embargo yang pada akhirnya dapat membuat Ukraina kelaparan secara ekonomi dan telah berkontribusi pada kelangkaan pasokan gandum global.

Blokade Laut Hitam Russia di Ukraina juga tidak memupus keinginan Kremlin untuk menguasai Odessa, kota pelabuhan terpenting Ukraina di Laut Hitam. Kota ini mengalami gempuran udara Russia beberapa jam setelah presiden Dewan Eropa, Charles Michel, mengunjungi Odessa.

Persiapan Putin

Sementara itu Direktur Intelijen Nasional Amerika Serikat (AS), Avril D Haines, pada Selasa mengatakan bahwa Presiden Russia, Vladimir Putin, tidak akan mengakhiri perang Ukraina hanya setelah menguasai Donbas dan membangun jembatan darat ke wilayah yang dikuasai Russia di Semenanjung Crimea.

"Akan terjadi konflik berkepanjangan di Ukraina ketika Russia mencari keuntungan teritorial yang luas di luar wilayah Donbas, termasuk pembuatan jembatan darat melintasi pesisir pantai Laut Hitam di Ukraina," ucap Haines, saat bersaksi di hadapan Komite Angkatan Bersenjata Senat di Washington DC.

"Karena alur perang bisa memasuki lintasan yang lebih tidak terduga dan berpotensi meningkat selama beberapa bulan ke depan, hal itu juga akan meningkatkan kemungkinan Putin mengeluarkan ancaman langsung dengan menggunakan senjata nuklir," imbuh Haines.

"Kami menilai Presiden Putin sedang mempersiapkan konflik berkepanjangan di Ukraina di mana dia masih berniat untuk mencapai tujuan di luar Donbas," kata Haines. "Kami melihat indikasi bahwa militer Russia ingin memperpanjang jembatan darat hingga ke Transnistria," imbuh Haines, merujuk pada wilayah separatis Moldova yang didukung Moskwa di sepanjang perbatasan barat daya Ukraina.AFP/ST/I-1

Baca Juga: