Russia mengatakan pihaknya mau berun­ding dengan Ukraina jika ang­katan bersenjata itu menyerah dan meletakkan senjatanya. Pernya­taan itu dilontarkan setelah pasukan dan tank Russia mulai mendekati Ibu Kota Kyiv.

MOSKWA - Menteri Luar Negeri Russia, Sergei Lavrov, pada Jumat (25/2) mengatakan bahwa Moskwa siap untuk melakukan pembicaraan jika militer Ukraina menyerah dan meletakkan senjata. Hal itu dilontarkan Lavrov setelah ia bersikeras bahwa invasi pasukan itu bertujuan untuk membebaskan Ukraina dari penindasan.

Pernyataan itu disampaikan Menlu Lavrov setelah Presiden Russia, Vladimir Putin, mengumumkan bahwa negaranya akan meluncurkan operasi militer besar-besaran di Ukraina pada Kamis (24/2) dini hari.

Akibatnya negara-negara Barat telah memberlakukan rentetan sanksi internasional terhadap Russia sejak saat itu.

"Presiden Russia, Vladimir Putin, mengambil keputusan untuk melakukan operasi militer khusus untuk demiliterisasi Ukraina, sehingga terbebas dari penindasan, dan Ukraina sendiri bisa dengan bebas menentukan masa depan mereka," kata Menlu Lavrov pada konferensi pers di Moskwa.

Komentar itu menunjukkan bahwa Moskwa bermaksud untuk menggulingkan pemerintah Ukraina dengan invasinya itu.

Menlu Lavrov mengatakan Moskwa siap untuk melakukan pembicaraan dengan Kyiv jika tentara Ukraina menyerah. "Kami siap untuk negosiasi kapan saja, segera setelah angkatan bersenjata Ukraina menanggapi panggilan kami dan meletakkan senjata mereka," kata Menlu Russia itu.

Lavrov juga mengatakan tujuan operasi militer Putin dideklarasikan secara terbuka hanya untuk demiliterisasi.

Dalam konferensi pers itu, Lavrov mengatakan bahwa tidak ada pihak yang berniat menduduki Ukraina. Lavrov pun membantah klaim Ukraina bahwa pasukan Russia telah menyerang infrastruktur sipil, meskipun ada bukti luas daerah pemukiman yang rusak.

Sementara itu tentara Ukraina mengatakan pada Jumat atau hari ke-2 invasi mengatakan bahwa pasukan Russia mendekati Kyiv dari utara dan timur laut.Kementerian pertahanan Ukraina mengkonfirmasi bahwa pasukan Rusia telah menyusup ke kawasan perumahan.

Beberapa ledakan terus terdengar di Kyiv dan beberapa rekaman video di media sosial menunjukkan apa yang tampak seperti tank-tank Russia melaju melalui Obolon, sebuah area di utara pusat kota Kyiv.

Sebelumnya pada Kamis dilaporkan bahwa pasukan Russia telah merebut pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl di bagian utara Ukraina setelah terjadi pertempuran sengit.

Chernobyl adalah lokasi ledakan PLTN terburuk di dunia. Chernobyl dan daerah sekitarnya masih tidak dapat dihuni sejak malapetaka bencana nuklir 1986.

Pada hari ke-2 invasi Russia ke Ukraina juga dilaporkan bahwa warga Ukraina telah berbondong-bondong mengungsi ke Hungaria, Polandia dan Romania. Mereka melintasi perbatasan ke-3 negara itu dengan naik mobil bahkan berjalan kaki.

Pernyataan Peraih Nobel

Terkait invasi Russia ke Ukraina, jurnalis Russia yang menerima anugerah Nobel Perdamaian tahun lalu, Dmitry Muratov, telah mengutarakan penentangannya terhadap invasi tersebut. Penentangan Muratov tersebut bertolak belakang dengan media-media utama Russia yang membenarkan aksi militer tersebut, sejalan dengan sikap Kremlin.

Muratov yang adalah pemimpin redaksi surat kabar independen RussiaNovaya Gazetamengunggah sebuah pesan video di situs webnya pada Kamis (24/2). Surat kabar yang dipimpinnya itu dikenal atas liputannya yang kritis mengenai pemerintahan Presiden Putin.

Muratov mengatakan Putin memerintahkan negaranya untuk memulai perang dengan Ukraina dan tidak ada seorang pun yang menghentikannya. Ia mengatakan merasa sedih dan malu.

"Hanya gerakan antiperang warga Russia yang dapat menyelamatkan nyawa di planet ini," ucap Muratov.AFP/NHK/I-1

Baca Juga: