Russia menyatakan akan mencari puing-puing drone AS yang jatuh di Laut Hitam usai terjadi tabrakan dengan jet tempur Russia pada Selasa (14/3) lalu.

MOSKWA - Russia pada Rabu (15/3) mengatakan bahwa pihaknya akan mencoba mengambil puing-puing pesawat tak berawak militer AS yang jatuh di Laut Hitam dalam konfrontasi yang Washington DC tuduhkan disebabkan oleh dua jet tempur Russia.

Russia juga memperingatkan bahwa mereka akan bereaksi secara proporsional terhadap setiap provokasi AS di masa depan ketika ketegangan membara dan Moskwa membantah jet tempur Su-27 telah merusak baling-baling dari drone tak berawak Reaper milik AS.

Namun Washington DC tidak menerima alasan itu. Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, bahkan mengatakan kepada mitranya dari Russia, Sergei Shoigu, bahwa pesawat AS akan terus terbang di mana pun hukum internasional mengizinkan.

Menanggapi hal itu Kementerian Pertahanan Russia mengatakan bahwa penerbangan pesawat tak berawak AS di lepas pantai Crimea bersifat provokatif, yang menciptakan prasyarat untuk eskalasi situasi di zona Laut Hitam. Sementara itu Ukraina menyatakan insiden itu adalah bukti bahwa Kremlin ingin menarik AS ke dalam konflik Ukraina.

Sekretaris Dewan Keamanan Russia, Nikolai Patrushev, mengatakan di televisi bahwa Moskwa akan berusaha untuk mengambil kembali pesawat yang jatuh itu, tetapi tidak yakin apakah upaya itu akan berhasil. "Itu harus dilakukan dan kami pasti akan mengusahakannya," kata Patrushev.

Tetapi Jenderal Mark Milley, ketua Kepala Staf Gabungan AS, mengatakan kepada wartawan bahwa upaya pencarian puing itu akan sulit, karena drone kemungkinan besar akan pecah dan tenggelam di area dengan kedalaman air 1.200-1.500 meter.

"Jika Russia berhasil memulihkan puing-puingnya, AS akan mengambil langkah-langkah mitigasi untuk melindungi informasi sensitif. Kami cukup yakin bahwa apa pun yang bernilai tidak lagi berharga," ucap Milley.

Awasi Pergerakan

Tabrakan pesawat itu terjadi pada Selasa (14/3) lalu, yang menurut Washington DC adalah kesalahan dari perilaku Russia yang sembrono dan tidak profesional. Insiden itu sendiri telah semakin meningkatkan ketegangan antara Moskwa dan sekutu Barat, yang sudah melonjak karena konflik Ukraina.

Pentagon mengatakan drone itu sedang dalam misi rutin ketika dicegat dengan cara yang sembrono dan tidak profesional dan juru bicara Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, telah membantah alasan Russia.

AS menggunakan drone MQ-9 Reaper untuk pengawasan dan serangan dan telah lama mengoperasikannya di Laut Hitam untuk mengawasi pergerakan Angkatan Laut Russia.

Sejumlah drone Reaper AS telah hilang dalam beberapa tahun terakhir, termasuk karena tembakan musuh. Satu ditembak jatuh pada 2019 di atas Yaman dengan misil permukaan-ke-udara yang ditembakkan oleh pemberontak Houthi, kata Komando Pusat AS saat itu.

Menurut keterangan Angkatan Udara AS, drone Reaper dapat dipersenjatai dengan misil Hellfire serta bom yang dipandu laser dan dapat terbang lebih dari 1.770 kilometer pada ketinggian hingga 15.000 meter. AFP/I-1

Baca Juga: