Russia dituding telah membom sebuah sekolah di Mariupol yang dijadikan tempat berlindung warga. Presiden Ukraina menyebut serangan dan pengepungan Mariupol adalah teror yang akan diingat bahkan hingga abad berikutnya.

KYIV - Pihak berwenang Ukraina pada Minggu (20/3) mengatakan bahwa Russia telah mengebom sebuah sekolah yang menampung 400 orang yang berlindung di kota pelabuhan Mariupol yang terkepung.

"Kemarin, penjajah Russia menjatuhkan bom di sebuah sekolah seni yang menampung sekitar 400 perempuan, anak-anak dan orang tua yang berlindung di sana," tulis dewan kota Mariupol lewat aplikasi pesan Telegram pada Minggu.

"Warga sipil yang yang tak bersalah masih berada di bawah reruntuhan," kata dewan kota itu, seraya menambahkan bahwa bangunan sekolah itu telah hancur.

Pemerintah Kota Mariupol juga mengklaim bahwa beberapa penduduknya telah dibawa secara paksa ke Russia dan paspor Ukraina mereka dilucuti.

"Para penjajah mengirim penduduk Mariupol ke kamp pemantauan, memeriksa telepon mereka dan menyita dokumen Ukraina (mereka)," kata Pavlo Kyrylenko, kepala administrasi regional Donetsk, menambahkan bahwa lebih dari 1.000 penduduk Mariupol telah dideportasi. "Saya mengimbau masyarakat internasional: Beri tekanan pada Russia dan pemimpinnya yang gila," imbuh Kyrylenko di media sosial Facebook.

Kota pelabuhan Mariupol telah menjadi salah satu kota terparah yang terkena dampak invasi karena menempati posisi strategis. Penguasaan Mariupol oleh Russia akan menghubungkan Semenanjung Crimea yang direbut Russia dari Ukraina pada 2014, dengan wilayah timur Donetsk dan Lugansk yang memisahkan diri pada tahun yang sama dan dikendalikan oleh kelompok pemberontak yang didukung Moskwa.

Ribuan warga sipil diperkirakan terperangkap di dalam kota, di mana komunikasi, air, listrik dan gas telah terputus. Russia mengatakan pada Sabtu (19/3) bahwa mereka telah menembus pertahanan kota itu.

Menanggapi laporan ini, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengatakan bahwa pengepungan Mariupol akan dianggap sebagai kejahatan perang, memperingatkan Russia bahwa ribuan tentara mereka telah tewas dalam konflik ini.

Dalam pesan video hariannya, Presiden Zelenskyy mengatakan bahwa pengepungan dan serangan ke Mariupol yang telah dilakukan penjajah, adalah teror yang akan diingat bahkan hingga abad berikutnya.

"Di mana terjadi pertempuran sangat sengit, garis depan hanya dipenuhi dengan mayat tentara Russia," kata Zelenskyy seraya mengklaim bahwa bahwa sudah 14.000 tentara t Russia telah tewas. "Dan (jumlah) korban hanya akan terus meningkat," imbuh dia memperingatkan.

Misil Hipersonik

Sementara itu Russia mengatakan bahwa pihaknya telah kembali menembakkan misil hipersonik Kinzhal ke Ukraina yang menghancurkan tempat penyimpanan bahan bakar di selatan negara itu.

Kementerian pertahanan Russia juga mengatakan pihaknya membunuh lebih dari 100 anggota pasukan khusus Ukraina dan tentara bayaran asing ketika menargetkan pusat pelatihan di Kota Ovruch di Ukraina utara dengan misil yang ditembakkan dari laut itu.

Sebelumnya pada Sabtu (19/3), Russia telah menggunakan misil hipersonik Kinzhal untuk pertama kalinya yang menyasar lokasi penyimpanan misil dan amunisi bawah tanah di Ukraina barat dekat perbatasan dengan Rumania. AFP/I-1

Baca Juga: