Russia melancarkan serangan saat Sekjen PBB berada di Kyiv. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menyata­kan bahwa serangan Russia itu untuk mempermalukan PBB dan segala sesuatu yang diwa­kili organisasi itu.

KYIV - Russia pada Jumat (29/4) mengkonfirmasi bahwa mereka telah melakukan serangan udara di Kyiv selama kunjungan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Serangan ke ibu kota Ukraina itu merupakan yang pertama dalam hampir dua pekan.

Kementerian Pertahanan Russia mengatakan telah mengerahkan senjata berbasis udara jarak jauh presisi tinggi. "Serangan itu telah menghancurkan bangunan produksi misil Artyom dan perusahaan ruang angkasa di Kyiv," ungkap Kementerian Pertahanan Russia.

Wali Kota Kyiv, Vitali Klitschko, menulis lewat media sosialTelegrambahwa ada dua serangan di Distrik Shevchenkovsky dan sebuah serangan mengenai lantai bawah dari sebuah bangunan tempat tinggal.

"Serangan itu adalah upaya Russia untuk mempermalukan PBB dan segala sesuatu yang diwakili organisasi itu," ucap Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy.

Sementara Jerman mengecam serangan tidak manusiawi itu dengan menyatakan bahwa Presiden Russia, Vladimir Putin, tidak menghormati hukum internasional sama sekali.

"Ini adalah zona perang, tetapi mengejutkan bahwa (serangan) itu terjadi di dekat kita," kata Saviano Abreu, juru bicara kantor kemanusiaan PBB yang mendampingi Sekjen Guterres.

Sebelumnya, Sekjen PBB, Antonio Guterres, telah mengunjungi Bucha dan pinggiran kota Kyiv lainnya di mana Moskwa diduga telah melakukan kejahatan perang. Guterres, yang tiba di Kyiv setelah pembicaraan di Moskwa dengan Putin, menyebut perang itu jahat setelah mengunjungi Bucha dan menuntut Kremlin bekerja sama dengan penyelidikan Pengadilan Kriminal Internasional atas tuduhan kejahatan perang tersebut.

Atas dugaan itu, Russia telah mengeluarkan bantahan bahwa serangan mereka menyasar warga sipil.

Tiga bulan setelah invasi yang gagal dalam tujuan jangka pendeknya untuk merebut Kyiv, Russia sekarang mengintensifkan operasi di wilayah Donbas timur yang memisahkan diri dan memperketat jeratnya di sekitar kota pelabuhan strategis selatan Mariupol.

Pihak berwenang Ukraina pada Jumat mengatakan mereka berencana untuk mengevakuasi warga sipil dari pabrik baja Azovstal yang terkepung, tempat persembunyian terakhir di Mariupol yang jadi tempat ratusan orang berlindung dengan pasukan Ukraina.

Komentar Guterres

Sementara itu Sekjen Guterres saat konferensi pers dengan Presiden Zelenskyy mengatakan bahwa Dewan Keamanan PBB telah gagal mencegah dan mengakhiri serbuan Russia ke Ukraina. "Dewan Keamanan gagal melakukan segala daya untuk mencegah dan mengakhiri perang ini. Kegagalan ini adalah sumber kekecewaan besar, frustrasi, dan kemarahan," ucap Guterres.

Guterres dan Zelenskyy juga membahas upaya yang sedang berlangsung untuk mengevakuasi warga sipil di pabrik baja Azovstal di Mariupol dimana pejuang Ukraina dan warga sipil saat ini terjebak di pabrik itu karena blokade Russia.

"Saat ini saya hanya bisa memberitahu Anda bahwa kami melakukan segala yang kami bisa untuk mewujudkannya," kata Guterres. "Saya yakin dan percaya, sama seperti para kerabat dari mereka yang diblokir di pabrik baja Azovstal, bahwa Sekretaris Jenderal PBB akan mendapatkan keberhasilan," timpal Zelenskyy.

Laporan terkini dari dari para pejuang di Azovstal menyatakan bahwa pasukan Russia masih melancarkan penembakan dan serangan itu telah menghantam sebuah rumah sakit darurat di dalam pabrik.

"Di antara prajurit yang sudah terluka ada yang tewas," demikian pernyataan para pejuang itu tanpa memberikan jumlah korban secara spesifik.AFP/DW/I-1

Baca Juga: