KYIV - Pemerintah Ukraina pada Jumat (21/1) menuding Moskwa telah meningkatkan persenjataan dan kehadiran tentara bayaran ke wilayah yang dikuasai separatis di Ukraina timur, jelang pembicaraan penting antara Russia dan Amerika Serikat (AS).

Wilayah yang memisahkan diri dan berbatasan dengan Russia, secara kolektif dikenal sebagai Donbass, telah terkunci dalam konflik bersenjata dengan tentara Kyiv sejak pemberontakan yang didukung Kremlin menyusul pencaplokan Crimea oleh Russia pada 2014.

"Russia terus meningkatkan kemampuan tempur separatis pro-Moskwa di wilayah yang memisahkan diri," lapor badan intelijen militer Ukraina. "Militer Russia sepanjang bulan ini secara diam-diam telah mentransfer lebih dari 7.000 ton bahan bakar, beberapa tank dan unit artileri melalui kereta dan jalan raya ke wilayah tersebut," imbuh badan tersebut.

Intelijen Ukraina juga menambahkan bahwa Russia juga melakukan perekrutan aktif tentara bayaran yang dikirim ke daerah-daerah yang dikuasai separatis.

Dengan puluhan ribu tentara Russia berkumpul di perbatasan Ukraina, kekhawatiran meningkat bahwa konflik besar bisa pecah di Eropa.

Moskwa sendiri menegaskan tidak memiliki rencana untuk menyerang Ukraina, tetapi pada saat yang sama telah menetapkan serangkaian tuntutan keamanan termasuk larangan bergabungnya Ukraina dengan NATO sebagai imbalan untuk deeskalasi.

Seorang anggota parlemen senior Russia mengatakan pada Jumat bahwa parlemen akan mempertimbangkan untuk meminta Presiden Vladimir Putin untuk secara resmi mengakui negara bagian separatis.

Konflik dengan separatis di Ukraina timur sejauh ini telah menewaskan lebih dari 13.000 orang. Kyiv dan sekutu Baratnya menuduh Russia mendukung pemberontak dengan tentara dan senjata dan tudingan ini semua telah dibantah Moskwa.

Pasukan NATO

Sebelumnya Moskwa menginginkan agar pasukan dari negara-negara anggota NATO meninggalkan Rumania dan Bulgaria sebagai bagian dari tuntutan keamanan yang dicarinya dari aliansi yang dipimpin AS. Hal ini diumumkan oleh Kementerian Luar Negeri Russia pada Jumat, jelang pembicaraan Russia-AS di Jenewa.

"Russia ingin penarikan pasukan asing, perangkat keras dan senjata dari negara-negara yang bukan anggota NATO sebelum 1997," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan di situsnya. "Ini termasuk Bulgaria dan Rumania," imbuh kementerian itu.

Pada Jumat, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, dan Menteri Luar Negeri Russia, Sergei Lavrov, melangsungkan pertemuan di Jenewa untuk melanjutkan serangkaian upaya diplomatik bagi meredakan ketegangan yang meningkat antara Russia dan Barat.

Negara-negara Barat menuduh Russia mengumpulkan puluhan ribu tentara di perbatasan dengan Ukraina dan berencana untuk menyerang negara bekas Soviet itu.

Tuntutan keamanan Russia termasuk bahwa NATO tidak boleh menerima anggota baru, khususnya Ukraina dan Georgia, dan jaminan bahwa AS tidak akan mendirikan pangkalan militer baru di negara-negara bekas Soviet.SB/AFP/I-1

Baca Juga: