ODESA - Serangan rudal presisi jarak jauh Rusia di Odesa, Ukraina selatan, disebut telah menghancurkan sebuah katedral Kristen Ortodoks, membunuh satu orang dan melukai 19 orang, Sabtu (22/7) malam.

Dilaporkan oleh Newsweek, Angkatan Udara Ukraina pada Minggu pagi mengatakan, militer Rusia telah menghujani kota pelabuhan Laut Hitam itu dengan 19 rudal, termasuk empat rudal jelajah Kalibr dan tujuh rudal jelajah Iskander. Pertahanan udara berhasil mencegat sembilan dari rudal ini.

"Satu orang tewas dan 19 luka-luka," kata Gubernur Odesa, Oleh Kiper.

"Enam bangunan tempat tinggal hancur, dan dua monumen arsitektur rusak. Serangan itu hampir meratakan katedral terbesar di selatan Ukraina," kata pejabat militer Odesa di Telegram.

Menurut komando operasional selatan Ukraina, Katedral Transfigurasi Ukraina, yang punya hubungan Patriarkat Moskow, terkena serangan itu. "Bangunan, juga dikenal sebagai katedral Spaso-Preobrazhensky, ditahbiskan pada 1808, dan dibangun kembali antara 1999 dan 2003 setelah dihancurkan pada tahun 1930-an," katanya lewat Facebook.
kata

Kementerian Luar Negeri Italia menyebut, "kerusakan Katedral Transfigurasi adalah tindakan memalukan".

"Italia, yang mendukung Odesa untuk menjadi bagian dari Daftar Warisan Dunia UNESCO, akan menjadi yang terdepan dalam rekonstruksi kota," ujar kementerian itu di Twitter.

UNESCO menambahkan pusat bersejarah Odesa ke dalam daftar Warisan Dunia pada Januari 2023.

"Ini mewujudkan tekad bersama kami untuk memastikan bahwa kota ini, yang selalu bangkit dari patah hati dunia, dilestarikan dari kehancuran lebih lanjut," kata Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay, saat itu.

Sebelumnya, Odesa telah sering menjadi sasaran serangan rudal Rusia. Antara 17 Juli dan 21 Juli, total 21 orang terluka setelah gelombang serangan rudal dan drone di wilayah Odesa.

"Rudal melawan kota-kota yang damai, terhadap bangunan tempat tinggal, katedral. Tidak ada alasan untuk kejahatan Rusia," kata Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky dalam sebuah pernyataan pada Minggu pagi.

"Akan ada pembalasan atas serangan Moskow di Odesa," tambahnya.

Pada Selasa, Moskow mengatakan militernya telah menggunakan senjata presisi tinggi yang diluncurkan dari laut untuk melakukan "serangan balasan" di Odesa menyusul dugaan serangan pesawat tak berawak Ukraina di Jembatan Kerch. Jembatan itu menghubungkan daratan Rusia ke semenanjung Krimea yang dianeksasi, yang telah dikuasai Rusia sejak 2014.

"Memukul Odesa setelah serangan pesawat tak berawak di Jembatan Kerch adalah tindakan balas dendam serta ditujukan untuk menghancurkan infrastruktur di kota Laut Hitam itu," kata Wakil Perdana Menteri Ukraina, Olha Stefanishyna, sebelumnya kepada Newsweek.

Pasukan Rusia di Ukraina memusatkan upaya mereka di beberapa bagian wilayah Donetsk Ukraina timur, dan di wilayah timur laut Kharkiv, termasuk kota Lyman, kata Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina pada Minggu. Sekitar 40 bentrokan pertempuran tercatat selama satu hari terakhir, kata Staf Umum dalam pembaruan operasional.

Baca Juga: