JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpotensi melemah jelang akhir pekan ini. Pergerakan rupiah akan dipengaruhi dinamika moneter dan politik di Amerika Serikat (AS) jelang pemilihan presiden serta perkembangan geopolitik.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra melihat dollar AS bakal menguat karena dipengaruhi peluang pemangkasan suku bunga AS yang besar semakin mengecil, ketegangan di Timur Tengah meningkat, dan ekspektasi hasil Pemilu Presiden AS. Menurutnya, investor mengantisipasi kemenangan calon presiden Donald Trump, yang kebijakannya memicu perang dagang telah mendorong penguatan dollar AS.

Sementara itu, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Jumat (25/10), bergerak fluktuatif di kisaran 15.540-15.600 rupiah per dollar AS.

Sebelumnya, kurs rupiah terhadap dollar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (24/10) sore, ditutup menguat sebesar 43 poin atau 0,27 persen dari sehari sebelumnya menjadi 15.584 rupiah per dollar AS.

Analis mata uang Lukman Leong mengatakan tidak ada sentimen khusus yang mendorong penguatan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). "Rupiah dan mata uang lainnya pada umumnya menguat terhadap dollar AS. Tidak ada sentimen khusus," ucapnya di Jakarta.

Menurut dia, dollar AS terlihat overbought terkoreksi oleh aksi profit taking dari faktor teknikal. Imbal obligasi AS tenor 10 tahun juga menurun ke 4,192 persen dari sebelumnya mencapai puncak tertinggi pada angka 4,192 persen.

Jelang akhir pekan ini, Lukman memperkirakan rupiah akan melemah terhadap dollar AS yang menguat akibat kekhawatiran investor menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) AS 2024. Kekhawatiran tersebut berkaitan dengan polling Donald Trump yang semakin mendekati keunggulan Kamala Harris.

Baca Juga: