JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpotensi berbalik melemah, hari ini (6/6). Pergerakan rupiah akan dipengaruhi sentimen eksternal, yak dana ekonomi Amerika Serikat (AS) mulai dari dari factory orders hingga PMI service dan PMI composite.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai data tersebut akan mengonfirmasi ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed ke depan. Karenanya, Josua memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Selasa (6/6), masih bergerak sideways dengan kecenderungan melemah terbatas di kisaran 14.850-14.950 rupiah per dollar AS.

Sebelumnya, nilia tukar rupiah terhadap dollar AS dalam transaksi antarbank, Senin (5/6), ditutup menguat 0,69 persen atau 103,5 poin dari Rabu (31/5), menjadi 14.890 rupiah per dollar AS.

Analis ICDX Revandra Aritama menganggap indikator ekonomi Indonesia yang positif memberikan amunisi baik bagi rupiah untuk menghadapi dollar AS. "Untuk hari ini sentimen dari dalam negeri, pengumuman inflasi pada Mei yang disebut berada di kisaran 4 persen. Selain itu, industri manufaktur Indonesia juga disebut masih mengalami ekspansi," ujar Revandra, di Jakarta.

Menurut Revandra, nilai inflasi di kisaran 4 persen ini sudah berada pada target yang dipasang Bank Indonesia. Hal tersebut menjadi indikasi bahwa kondisi ekonomi Indonesia berada di level yang baik di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi global.

Lebih lanjut, pertumbuhan industri manufaktur disebut menjadi salah satu indikasi bahwa ekonomi mengalami pertumbuhan yang baik. "Walaupun tidak secara langsung jika manufaktur tumbuh, mata uang juga ikut menguat. Namun, aktivitas ekonomi berjalan dengan baik, potensi penyerapan tenaga kerja, konsumsi barang juga tumbuh," ujarnya lagi.

Baca Juga: