JAKARTA - Rupiah melemah terbatas karena investor masih mencerna implikasi downgrade utang (credit rating) Amerika Serikat (AS) oleh Moody's dari stabil menjadi negatif. Rupiah dan mata uang regional umumnya melemah terhadap dollar AS hari ini tertekan oleh pernyataan hawkish the Fed (Federal Reserve) minggu lalu.

"Namun, pelemahan terbatas karena investor masih mencerna implikasi downgrade Moody's pada credit rating AS," ujar analis pasar mata uang, Lukman Leong, di Jakarta, Senin (13/11).

Seperti dikutip dari Antara, pada umumnya, implikasi downgrade utang AS oleh Moody's cenderung negatif. Kendati demikian, apabila terjadi risk-off di mana aset berisiko mengalami penurunan, dollar AS dapat berbalik menjadi aset safe-haven.

Terkait pernyataan hawkish, Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell, sempat membuka peluang kenaikan suku bunga acuan AS lagi untuk menurunkan tingkat inflasi AS yang sampai saat ini masih belum turun ke level target 2 persen.

"Investor juga cenderung wait and see menantikan data inflasi AS minggu ini yang diperkirakan akan naik 0,1 persen month to month (MoM) dan 3,3 persen year on year (YoY)," kata Lukman.

Sentimen Domestik

Meninjau sentimen domestik, investor disebut menantikan data perdagangan Indonesia, pada Rabu (15/11), yang di mana ekspor-impor diperkirakan mengalami penurunan walaupun neraca perdagangan diprediksi kembali surplus sekitar tiga miliar dollar AS.

"Ekspor diperkirakan turun 15,6 persen, impor turun 8,7 persen," ucapnya.

Pada penutupan perdagangan hari ini, mata uang rupiah melemah sebesar 6 poin atau 0,04 persen menjadi 15.701 rupiah per dollar AS dari penutupan sebelumnya sebesar 15.695 rupiah per dollar AS.

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, pada Senin, turut melemah ke posisi 15.713 rupiah per dollar AS dari sebelumnya 15.693 rupiah per dollar AS.

Sementara itu, pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, menyatakan potensi pelemahan rupiah terhadap dollar AS masih terbuka karena pelaku pasar masih mengantisipasi pernyataan sejumlah pejabat the Fed AS terkait peluang kenaikan suku bunga AS.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, pada Senin pagi, melemah sebesar 0,06 persen atau 10 poin menjadi 15.705 rupiah per dollar AS dari sebelumnya 15.695 rupiah per dollar AS.

"Potensi pelemahan rupiah terhadap dollar AS masih terbuka hari ini karena pelaku pasar mungkin masih mengantisipasi pernyataan beberapa pejabat bank sentral AS pekan lalu, termasuk (Gubernur Bank Sentral AS) Jerome Powell yang masih membuka peluang kenaikan suku bunga acuan AS lagi untuk menurunkan tingkat inflasi AS yang sampai saat ini masih belum turun ke level target 2 persen," kata Ariston.

Selain itu, beberapa sentimen eksternal juga masih berpotensi mendorong pelaku pasar menjauhi aset berisiko seperti konflik di Timur Tengah yang masih berlangsung dan isu pelambatan ekonomi Tiongkok.

Pekan lalu, aktivitas ekspor Tiongkok pada Oktober 2023 menunjukkan penurunan melebihi konsensus pasar, yakni -6,4 persen dengan konsensus -3,3 persen. "Tiongkok juga melaporkan terjadi deflasi yang bisa diartikan penurunan permintaan dan pelambatan ekonomi di Tiongkok," ucap Ariston.

Baca Juga: