JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpotensi melanjutkan pelemahannya, hari ini (2/11). Menguatnya ekspektasi terhadap kenaikan bunga acuan the Fed mendorong kenaikan yield obligasi Amerika Serikat (AS) dan penguatan dollar AS sehingga menekan kinerja rupiah.

Ekonom Bank Mandiri, Reny Eka Putri, menilai volatilitas rupiah masih tinggi seiring dengan kebijakan hawkish the Fed dan meningkatnya inflasi global. Karena itu, Reny memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Rabu (2/11), bergerak ke kisaran 15.515-15.655 rupiah per dollar AS dengan kecenderungan melemah.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa (1/11) sore, melemah menyusul terjadinya deflasi pada Oktober 2022. Rupiah ditutup melemah 30 poin atau 0,19 persen dari sehari sebelumnya menjadi 15.628 rupiah per dollar AS.

"Data inflasi memberikan gambaran yang bervariasi. Di satu sisi, inflasi yang stabil pada bulan Oktober memberikan kelegaan pada BI untuk tidak menaikkan suku bunga," kata analis DCFX Futures, Lukman Leong, saat dihubungi di Jakarta.

Di sisi lain, lanjut Lukman, meredanya ekspektasi kenaikan suku bunga oleh Bank Indonesia akan membuat rupiah semakin tidak menarik.

"Kebijakan kenaikan suku bunga BI akan semakin tertinggal dari AS yang pada FOMC minggu ini diperkirakan akan kembali agresif dengan menaikkan suku bunga sebesar 75 bps," ujar Lukman.

Baca Juga: