JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpotensi melanjutkan pelemahannya jelang akhir pekan ini. Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) belum mampu mengangkat kepercayaan pelaku pasar.

Selain sentimen internal, rupiah diperkirakan juga mendapat tekanan dari eksternal, sikap hawkish bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (the Fed).

Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures, Nanang Wahyudin, menilai kurs rupiah jelang akhir pekan ini masih akan tertekan karena dollar melanjutkan penguatan.

Dia memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Jumat (18/11), bergerak di kisaran 15.620-15.700 rupiah per dollar AS.

Sebelumnya, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (17/11) sore, terus tertekan seiring dengan kenaikan suku bunga acuan BI. Rupiah ditutup melemah 63 poin atau 0,4 persen dari sehari sebelumnya menjadi 15.663 per dollar AS.

Analis DCFX Futures, Lukman Leong, saat dihubungi di Jakarta, kemarin, mengatakan faktor domesik masih mendominasi sentimen negatif pada rupiah. "Sebelumnya, BI dianggap terlalu pelan dan kurang agresif menaikkan suku bunga, namun sekarang investor justru khawatir dengan perlambatan ekonomi seperti yang tecermin pada impor yang naik jauh lebih kecil dari perkiraan," ujar Lukman.

Kinerja impor pada Oktober 2022 meningkat 17 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang naik 22 persen dan juga lebih rendah dari ekspektasi 23 persen.

"Kenaikan suku bunga oleh BI yang diharapkan akan bisa meredam dollar AS, justru membuat rupiah semakin terpuruk," kata Lukman.

Baca Juga: