JAKARTA - Rupiah berpotensi kembali melemah pada awal pekan ini. Pelaku pasar kini menanti data inflasi Amerika Serikat (AS) yang akan menjadi petunjuk baru bagi arah kebijakan bank sentral setempat arau the Fed.
Analis DCFX Futures, Lukman Leong, memperkirakan rupiah masih tertekan pada pekan ini. Investor akan cenderung wait and see rilis data inflasi AS yang diperkirakan masih di atas 8 persen dan data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2022 yang diperkirakan tetap positif hingga akhir tahun.
Lukman memproyeksilan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Senin (7/11), berada di kisaran 15.650-15.850 rupiah per dollar AS dengan kecenderungan melemah.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta jelang akhir pekan lalu melemah, masih terdampak pernyataan hawkish the Fed.
Rupiah ditutup melemah 43 poin atau 0,27 persen dari sehari sebelumnya menjadi 15.738 rupiah per dollar AS.
"Pasar mempertimbangkan pernyataan yang cenderung hawkish dari Ketua the Fed, Jerome Powell, serta memanasnya ketegangan geopolitik," kata Analis Monex Investindo Futures, Faisyal, dalam kajiannya di Jakarta.
Dollar AS menguat khususnya setelah the Fed memberi sinyal suku bunga akan mencapai level puncaknya di atas yang diperkirakan investor saat ini.