JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpeluang melanjutkan tren negatif pada akhir pekan ini. Sikap hawkish bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed telah memicu arus modal keluar atau capital outflow dari pasar keuangan dalam negeri sehingga menekan pergerakan rupiah.

Ekonom Bank Mandiri, Reny Eka Putri, menilai volatilitas pasar diperkirakan akan tinggi sehingga rupiah masih rawan terkoreksi. Sebab, The Fed diperkirakan tetap agresif dalam memperketat kebiajakan moneternya untuk merespons inflasi tinggi di AS.

Selain itu, lanjutnya, dari domestik, capital outflow diprediksi masih berlanjut sehingga menjadi sentimen negatif bagi rupiah. Dia memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Jumat (8/7), bergerak dikisaran 14.975-15.054 rupiah per dollar AS.

Sebelumnya, kurs rupiah terhadap dollar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (7/7) sore, ditutup melemah 3 poin atau 0,02 persen dari sehari sebelumnya menjadi 15.002 rupiah per dollar AS.

"Dollar AS naik pascaperilisan notula rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang hawkish pada hari Kamis lewat tengah malam tadi," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya di Jakarta.

The Fed bersiap pada kemungkinan kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin hingga 75 basis poin pada pertemuan Juli ini, sebagai upaya untuk menekan tingkat inflasi yang tinggi di AS.

Baca Juga: