RSP dalam kegiatan riset memudahkan pencarian rumah sakit yang mau bekerja sama untuk uji klinis terhadap obat atau treatment kesehatan tertentu.
JAKARTA - Rumah Sakit Pendidikan (RSP) atau Teaching Hospital harus mendorong ekosistem riset. Dengan begitu RSP dapat terlibat dalam penggunaan produk kesehatan asli Indonesia. Hal tersebut disampaikan Menteri Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang Brodjonegoro, di Jakarta, Minggu (15/3).
"Konsep Teaching Hospital di RSP harus diubah menjadi Teaching and Research Hospital atau Rumah Sakit Pendidikan dan Riset," ujar Bambang.
Bambang menyebut kegiatan riset dan inovasi di Indonesia paling banyak terdapat di bidang kesehatan. Adapun salah satu tantangan keberhasilan riset bidang kesehatan adalah proses uji klinis sebab sulitnya mencari rumah sakit yang mau bekerja sama.
Ia menilai dorongan RSP dalam kegiatan riset memudahkan pencarian rumah sakit yang mau bekerja sama untuk uji klinis terhadap obat atau treatment kesehatan tertentu. Selain itu, RSP juga bisa menjadi tempat calon dokter belajar sekaligus mengembangkan riset.
"RSP bisa menjadi rumah sakit dimana riset di bidang kesehatan termasuk farmasi bisa diselenggarakan," jelasnya.
Bambang menyebut selama ini dokter di Indonesia kesulitan menggunakan produk inovasi kesehatan dalam negeri karena kurang terlibat dalam kegiatan riset bidang kesehatan. Para dokter, menurut Bambang, terlanjur lebih konservatif dan percaya pada produk yang kebanyakan impor.
Untuk itu, ia meminta para pelaku riset kesehatan untuk melibatkan dokter. Menurutnya, Pelibatan tersebut akan efektif untuk penyerapan dan penggunaan produk inovasi bidang kesehatan.
"Dewanya rumah sakit itu bukan direktur, tapi dokternya karena jadi pemakai baik obat maupun alat kesehatan," ucapnya.
Lebih lanjut disampaikan, pelibatan dokter dalam riset bisa disesuaikan dengan spesialisasinya masing-masing. Selain itu, riset bidang kesehatan juga harus mulai mendengarkan kebutuhan dari pasien, rumah sakit, maupun Industri.
"Jangan sampai researcher atau ada pihak yang riset bidang kesehatan, tapi dokter hanya tahu di proses akhir saja," tutupnya.
Profesi Dokter
Dihibungi terpisah, Rektor Universitas Indonesia, Ari Kuncoro, menyebut profesi kedokteran memiliki dua jalur yaitu profesi atau praktisi dan penelitian. Dari dua jalur tersebut, Ari menilai persentase dokter untuk praktik lebih tinggi dari penelitian.
"Sebagian besar itu ya sekitar 85 persen dokter bukan penelitian, tapi lebih kepada praktik atau pengguna produk," jelasnya.
Lebih lanjut disampaikan, para dokter juga harus memiliki rasa kebermilikan terhadap produk riset dan inovasi dalam negeri. Menurutnya peran dokter sangat penting dalam riset untuk mengetahui produksi obat maupun terlibat dalam penelitian.
Ari juga menjelaskan ada insentif yang akan didapatkan dokter yang mau terlibat dalam penelitian. Insentif tersebut didapatkan dari dana riset."Jadi dokter bisa memilih berapa persen untuk praktik, sekian persen peneliti dan mendapat insentif tambahan. Atau ada dokter-dokter yang memang fokus pada penelitian juga," tutupnya. ruf/AR-3