Serangan rudal yang disebut buatan Rusia menewaskan dua orang usai menghantam sebuah desa di bagian timur Polandia, yang hanya berjarak sekitar 15 mil dari perbatasan Ukraina, pada Rabu (16/11) pagi waktu setempat.

Kementerian Luar Negeri Polandia mengidentifikasi rudal itu dibuat di Rusia. Namun Presiden Polandia Andrzej Duda, lebih berhati-hati tentang asal usulnya, dengan mengatakan bahwa para pejabat tidak tahu pasti siapa yang menembakkannya atau atau di mana rudal itu dibuat.

Duda mengatakan "kemungkinan besar" rudal itu memang buatan Rusia, tapi masih diverifikasi. Jika dikonfirmasi, itu akan menjadi pertama kalinya senjata Rusia jatuh di negara Aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), sejak invasi Ukraina.

Apabila Rusia dengan sengaja menargetkan Polandia, itu akan berisiko menarik aliansi 30 negara ke dalam konflik pada saat Rusia sedang berjuang untuk menangkis pasukan Ukraina.

Pasalnya, landasan aliansi NATO adalah prinsip bahwa serangan terhadap satu anggota adalah serangan terhadap mereka semua, menjadikan sumber peluncuran rudal penting untuk menentukan langkah selanjutnya.

"Kami bertindak dengan tenang," kata Duda.

"Ini adalah situasi yang sulit," lanjutnya seperti dikutip dari The Associated Press.

Pernyataan Polandia sendiri tidak membahas apakah serangan itu bisa saja merupakan kesalahan penargetan atau jika rudal itu bisa saja dijatuhkan oleh pertahanan Ukraina.

Dalam pernyataan mereka, Polandia dan NATO menggunakan bahasa yang menunjukkan keduanya tidak menganggap ledakan rudal itu sebagai serangan Rusia yang disengaja, setidaknya untuk saat ini.

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada hari Rabu (16/11) mengatakan serangan rudal yang menewaskan dua orang di Polandia belum tentu ditembakkan dari Rusia.

Ketika ditanya apakah rudal itu ditembakkan dari Rusia, Biden menuturkan ada informasi awal yang membantah kemungkinan tersebut.

"Kecil kemungkinan peluru itu ditembakkan dari Rusia, tapi kita lihat saja nanti," ujar Biden kepada wartawan, seperti dikutip dari The Associated Press.

Biden yang saat ini tengah berada di Indonesia untuk KTT G20, segera menghubungi Presiden Polandia Andrzej Duda pada hari yang sama untuk menyatakan belasungkawa yang mendalam menyusul serangan rudal yang menghantam wilayah Polandia dekat perbatasan Rusia itu.

Biden juga berjanji AS akan membantu penyelidikan dan menegaskan komitmennya kepada Polandia yang merupakan sekutu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Pada hari yang sama, Biden juga melangsungkan rapat darurat dengan negara-negara G7 yang meliputi Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Uni Eropa, bersama dengan presiden dari Dewan Eropa dan perdana menteri sekutu NATO Spanyol dan Belanda.

Menteri Pertahanan Ukraina Oleksiy Reznikov mengatakan Kyiv telah memperingatkan bahaya rudal Rusia terhadap negara-negara tetangga dan menyerukan agar zona larangan terbang diberlakukan.

"Kami meminta untuk menutup langit, karena langit tidak memiliki batas. Bukan untuk rudal yang tidak terkendali. Bukan karena ancaman yang mereka bawa untuk tetangga UE dan NATO kami. Sarung tangan dilepas. Saatnya menang," katanya dalam sebuah posting Twitter.

Pada sisi lain, Kementerian pertahanan Rusia membantah rudal Rusia telah menghantam wilayah Polandia, menggambarkan laporan tersebut sebagai "provokasi yang disengaja yang bertujuan untuk meningkatkan situasi".

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan dia tidak memiliki informasi tentang ledakan di Polandia.

Mengutip Reuters, Wakil Perdana Menteri Latvia Artis Pabriks mengatakan situasinya "tidak dapat diterima" dan dapat menyebabkan NATO memberikan lebih banyak pertahanan anti-pesawat ke Polandia dan Ukraina.

Baca Juga: