Markas Polisi Sektor Kebayoran Lama, Jakarta Selatan dikirimi surat kaleng dan Bendera warna hitam identik ISIS, beberapa waktu lalu. Belakangan, masyarakat Jakarta cemas atas setiap benda mencurigakan yang ada di tempat umum. Terakhir, sebuah tas yang tertinggal stasiun Jatinegara langsung ditangani tim gegana, karena dianggap bom.

Untuk mengetahui lebih lanjut tingkat kewaspadaan masyarakat, reporter Koran Jakarta, Peri Irawan mewawancarai Ketua Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) DKI Jakarta, Rico M Sinaga, Rabu (5/7). Berikut petikannya:

Apa pandangan Anda terhadap teror yang semakin merebak di Jakarta?

Sebenarnya, teroris di Indonesia itu adalah orang Indonesia itu sendiri. Tidak ada orang Amerika yang menjadi teroris di sini. Tapi, secara kultur, orang Indonesia itu memiliki budaya saling peduli, tenggang rasa. Misalnya, di wilayah kita ada orang baru atau tamu. Karena kita peduli, biasanya kita tanya siapa orang baru ini. Kalau ini dilakukan secara massal, saya kira efektif untuk mencegah teror itu.

Bisa dikatakan, banyaknya pendatang usai libur lebaran perlu kewaspadaan tinggi?

Iya, ini ada hubungannya dengan pendatang baru atau urbanisasi. Maka, peran RT/RW di setiap lingkungan sangat penting. Merekalah garda terdepan, masyarakat setempat.

Bagaimana peran FKDM terkait hal ini?

Peran FKDM, kami selalu mengingatkan kepada RT/RW untuk melakukan pengecekan kepada masyarakatnya. Inilah yang kami sebut deteksi dini.

Berapa jumlang anggota FKDM?

Sampai saat ini, kami memiliki anggota sebanyak 3.870. Kami memiliki struktur. Di tingkat kelurahan, ada tujuh organik kami. Setiap anggota FKDM ini, itu harus orang berpengaruh atau tokoh masyarakat. Sehingga, mereka merepresentasikan warganya dan memiliki kekuatan.

Apa pandangan Anda jika Jakarta dijadikan medan tempur teroris?

Tidak bisalah. Itu tidak mungkin terjadi. Karena, secara kultur pun antara Filipina dan Indonesia itu berbeda. Di Marawi itu, kekuatan mereka terbentuk sudah lama. Kalau di kita, batu berkumpul saja sudah ditangkapin, dianggap makar. Jadi, tidak mungkin terjadi di Jakarta. Saya pikir, orang yang mengancam-ancam ini tolol. Tidak rasional.

Bisa dikatakan ancaman tidak serius?

Bukan. Ini tetap harus dihadapi serius. Tapi, memang orang yang mengancam ini tolol, tidak rasional. Karena tidak mungkin terjadi. Kalau misalkan di Jakarta mau dijadikan Marawi di Filipina, itu tidak rasional.

Kesiapan aparat seperti apa?

Daya pikir, aparat negara baik Polisi maupun tentara dan mitra-mitranya seperti FKDM, sudah siap betul. Kalau kayak kemarin, ada surat kaleng, memang susah dideteksi.

Berapa titik wilayah rawan teroris?

Kalau kita amati belakangan ini, mereka itu punya jaringan atau tempat persembunyian. Seperti di Pamulang, Bekasi, itu kan pinggiran Jakarta. Wilayah itu, relatif cuek masyarakatnya. Di Jakarta ini, masyarakat tidak boleh cuek dalam menghadapi teroris. Karena kultur kita adalah orang-orang peduli. Sebenarnya dalam deteksi dini, diperlukan orang-orang peduli. P-5

Baca Juga: