JAKARTA - Staff Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo, baru-baru ini mengatakan bahwa semua agama bertentangan kerasan, namun agama dan kepercayaan itu dibajak oleh sebagian orang untuk kepentingan politik.

Hal itu disampaikan pria yang kerap dipanggil Romo Benny dalam seminar dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila, bertajuk "Mencintai NKRI dari Balik Jeruji: Efektivitas Deradikalisasi Narapidana Teroris di Indonesia.

Menurut Benny, radikalisme dan terorisme menggunakan termin termin agama untuk kepentingan pribadi dan golongan demi merebut kekuasaan.

Lebih Lanjut ia menyampaikan tentang upaya yang telah dilakukan BPIP bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham), dan Komisi III DPR RI kepada para narapidana teroris dengan kembali memperkenalkan ideologi dan nilai nilai Pancasila melalui pendekatan pendekatan humanis dan tidak dogmatik.

"Para Narapidana Teroris perlu diingatkan kembali bagaimana sesungguhnya ideologi Pancasila merupakan ideologi yang praktis dan nyata dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia dibandingkan dengan paham paham Utopis yang berujung pada perpecahan dan kehancuran," kata Benny.

Lebih lanjut Doktor komunikasi politik ini menyatakan bahwa masyarakat internasional harus belajar dari Indonesia. Sebagai contoh pendekatan Amerika Serikat dengan kekerasan dan ketakutan terbukti tidak mampu menanggulangi radikalisme hal tersebut malah menimbulkan resistensi.

"Oleh karena itu kita harus senantiasa menyadari pentingnya pendekatan Pancasila dan edukasi dalam melawan terorisme, kita tidak dapat lagi menggunakan metode metode represif dan dogmatis dalam upaya deradikalisasi dan penanaman nilai Pancasila," ujarnya.

"Dengan menggandeng para influencer untuk memenuhi ruang ruang publik dengan konten konten pemersatu bangsa dan memperkuat kecintaan masyarakat pada Tanah air dan Pancasila dengan menanamkan bahwa Cinta Tanah Air dan Berpancasila Itu Keren dan mereka yang keren adalah mereka yang Berpancasila dan senantiasa menanamkan nilai nilai persaudaraan."

Benny menutup paparannya dengan menyatakan bahwa dalam upaya deradikalisasi pada Para Narapidana Terorisme, harus fokus pada edukasi serta pendekatan yang mengedepankan nilai-nilai Pancasila. Pendekatan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat, termasuk tokoh agama dan influencer, sangat penting untuk membangun masyarakat yang bebas dari radikalisme dan terorisme serta ketahanan ideologi bangsa. "Dengan upaya bersama dan komitmen yang kuat, kita niscaya dapat menjaga keamanan dan kedamaian di Negara Republik Indonesia," ungkapnya.

Dalam kesempatan iti, Direktur Deradikalisasi BNPT, Brigjen Pol R Akhmad Nurwahid, menekankan bahwa terorisme bukanlah masalah yang bersumber dari agama tertentu, melainkan lebih kepada penyalahgunaan dan penyimpangan oleh oknum-oknum tertentu dalam memahami agama mereka.

Nurwahid menyampaikan bahwa pendekatan ini melibatkan edukasi yang menyeluruh, kesiapan nasional, kontra-radikalisasi, penguatan regulasi, serta proses deradikalisasi yang komprehensif. "Dengan pendekatan ini, kita tidak hanya menjaga stabilitas dan keamanan nasional, tetapi juga membangun masyarakat yang tangguh terhadap ancaman ideologi radikal," tegasnya.

Seminar yang dihadiri juga oleh berbagai tokoh dan pemangku kepentingan terkait upaya deradikalisasi, termasuk Erwadi Supriyatno dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kemenkumham dan M. Nasir Jamil dari Komisi 3 DPR RI sebagai pembicara dan 50 orang dari unsur Masyarakat ,Media dan Pembuat Kebijakan ini diakhiri dengan harapan bahwa upaya-upaya yang direkomendasikan dapat diimplementasikan secara efektif untuk memperkuat upaya deradikalisasi dan mengembalikan nilai nilai Pancasila yang lebih praktikal dan humanis hingga cita-cita. untuk membangun masyarakat yang lebih aman dan damai di Indonesia dapat terlaksana.

Baca Juga: