Sebelum sedemikian maju seperti sekarang, roket pertama digunakan sebagai sistem penggerak panah di Tiongkok. Di era kuno di negeri itu, roket-roket digunakan sebagai senjata untuk mengalahkan musuh dalam perang antar wilayah negara.

Sebelum sedemikian maju seperti sekarang, roket pertama digunakan sebagai sistem penggerak panah di Tiongkok. Di era kuno di negeri itu, roket-roket digunakan sebagai senjata untuk mengalahkan musuh dalam perang antar wilayah negara.

Hingga saat ini Tiongkok selalu dipuji karena melahirkan banyak penemuan termasuk salah satunya roket. Roket-roket kala itu dibuat oleh para ilmuwan kuno. Mereka menciptakan roket dari bubuk mesiu yang dinyalakan.

Melalui evolusi jangka panjang yang dipadukan dengan teori dan penelitian ilmu pengetahuan alam, roket kuno akhirnya berubah menjadi wahana peluncur modern. Dari evolusi teknologi ini, roket telah kini menjadi andalan dalam eksplorasi luar angkasa.

Kata "roket" muncul pada awal abad ketiga selama periode Tiga Kerajaan (220-280) di Tiongkok. Pada 228, negara Wei memimpin dengan menyalakan obor pada setiap anak panah dalam upaya untuk menjaga Kota Chencang (sekarang Kota Baoji di Provinsi Shaanxi, Tiongkok utara) dari pasukan penyerang yang dipimpin oleh Zhuge Liang, perdana menteri negara Shu.

Hao Zhao, jenderal dari negara Wei menggunakan panah api untuk membakar "tangga awan" (tangga pengepungan bergerak) pasukan Shu. Itulah mengapa ia mampu mempertahankan Chencang dari serangan negara Shu.

Lalu muncullah istilah roket yang berarti panah api. Kedua kata ini mengacu pada bahan mudah terbakar yang ditempelkan pada ujung bawah anak panah, yang terutama digunakan sebagai senjata untuk menyalakan api.

Pada akhir abad ke-10 pada masa Dinasti Song yang berkuasa antara 960 hingga 1279, bangsa Tiongkok telah mengadaptasi bubuk mesiu menjadi roket. Untuk membuat panah seperti itu, pertama-tama dibuat tabung, kemudian bubuk mesiu dimasukkan ke dalamnya. Lalu ditempelkan pada anak panah untuk diluncurkan dengan busur.

LamanChina Culturemenyebut, roket pertama dan paling primitif dalam sejarah umat manusia tersebut kemudian mengalami perbaikan, dan perbaikan pertama dilakukan pada panah. Misalnya bubuk mesiu langsung terbawa ke dalam anak panah dan suara gemuruh ledakan mesiu dapat membuat musuh ketakutan.

Roket kuno selanjutnya terdiri dari empat bagian, mata panah, laras panah, bulu panah, dan tabung mesiu. Tabung mesiu yang sebagian besar terbuat dari tabung bambu atau kertas karton ini diisi dengan bubuk mesiu, salah satu ujungnya tertutup dan ujung lainnya terbuka. Sebuah lubang kecil tersisa untuk sumbu peledakan. Saat dinyalakan, bubuk mesiu akan terbakar di dalam tabung, menghasilkan sejumlah besar gas, yang jika ditembakkan ke belakang dengan kecepatan tinggi, akan menghasilkan gaya dorong ke depan yang sangat besar. Roket ini diyakini sebagai bentuk embrio roket modern.

Tabung mesiu sebanding dengan sistem penggerak modern, dan mata panah yang tajam, dengan kekuatan penghancurnya yang menusuk lebih baik dibandingkan dengan hulu ledak roket modern. Meskipun bulu membantu menstabilkan anak panah, sama seperti sistem penstabil modern dengan larasnya mirip dengan bagian badan roket modern.

Setelah kemunculannya, roket kuno diadaptasi secara luas dalam kegiatan militer dan hiburan rakyat. Dalam perang antara negara Song, Jin, dan Yuan antara abad ke-10 dan ke-13, senjata mesiu, seperti senjata api, dan meriam api terbang, banyak digunakan. Meriam api yang terbang pada saat itu, senjata roket primitif, sangat mirip dengan penyembur api masa kini.

Pengembangan

Pada akhir abad ke-12, roket primitif mengalami kemajuan pesat dan digunakan secara luas dalam persenjataan. Selama Dinasti Yuan (yang berkuasa antara 1271 hingga 1368) dan Qing (yang berkuasa antara 1644 hingga 1911), senjata roket dikembangkan lebih lanjut.

Pada kedua periode banyak jenis roket baru ditemukan, termasuk panah Sembilan Naga dan panah Kawanan Lebah, yang sangat mirip dengan roket modern. Berikutnya pada masa Dinasti Ming (yang berkuasa antara 1368 hingga 1644), perkembangan roket di Tiongkok mengalami kemajuan yang signifikan.

Dengan banyaknya roket yang digerakkan oleh kekuatan tandingan yang dihasilkan dari bubuk mesiu yang digunakan dalam perang militer. Pada awal Dinasti Ming, Zhu Di (pangeran keempat Kaisar Ming pertama Taizu), yang bermaksud merebut kekuasaan negara, memimpin pasukannya untuk melawan orang-orang yang dipimpin oleh Kaisar Jianwen yang berkuasa dan diserang oleh segerombolan orang.

Panah api lebah, yang merupakan catatan paling awal tentang penerapan roket jet dalam peperangan, digunakan. Sejak saat itu, roket jet satu tahap semakin banyak digunakan setiap hari termasuk pada roketsingle-shotdanmulti-shot.

Hingga Dinasti Ming ketika Jenderal Qi Jiguang berperang melawan bajak laut Jepang di pantai tenggara Tiongkok, ia menemukan tiga jenis roket jet. Badan roket terbuat dari kayu keras, sedangkan mata panah logam terbuat dari pisau, tombak, atau pedang. Roketnya bisa menembus baju besi.

Roket-roket itu ditempatkan di rak kayu, dan dalam pertempuran, para prajurit memegang bagian belakang roket dan menyalakan sumbu untuk menembaki musuh. Perangkat ini dapat digunakan baik di darat maupun di perairan.

Lebih dari 2.000 roket dipasang di sepuluh kapal perang. Sebanyak 4.760 roket untuk mempersenjatai pasukan infanteri dan kavaleri. Jumlah yang begitu besar belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah militer Tiongkok dan dunia.

Ketika roket telah begitu berkembang di Tiongkok dan digunakan secara luas untuk senjata militer, negara-negara lain di dunia baru mengetahui senjata semacam ini sekitar 240 tahun kemudian. Saat ini Tiongkok bahkan telah lebih maju lagi dengan menciptakan roket multi-tembakan.

Sejumlah besar roket ditempatkan di dalam ember, yang memiliki dua lapisan untuk tujuan orientasi dan pengarahan. Sementara itu, semua sumbu dari setiap roket dibundel menjadi satu. Begitu tentara itu menyalakan sumbunya, semua tembakan dilakukan pada saat yang bersamaan, mencakup jarak yang cukup mencolok. Selain jenis ini, masih ada lusinan variasi lainnya, dengan 2 hingga 100 bidikan sekaligus.

Pasukan Jenderal Qi Jiguang juga memasang beberapa roket multi-tembakan di atas gerobak, yang dapat menembakkan ratusan atau bahkan ribuan anak panah sekaligus. Ketika pasukannya menjaga bagian timur Tembok Besar, Qi memiliki setidaknya 40 kereta yang dilengkapi dengan roket multi-tembakan. hay/I-1

Baca Juga: