Selama masa isolasi kota, robot dan drone mendapat peran lebih banyak. Robot mengurangi kontak antarmanusia yang dapat berisiko menyebarkan Covid-19. Robot Boston Dynamics Spot, misalnya, telah digunakan untuk membantu menegakkan jarak sosial di Singapura.

Sementara itu, di North Carolina drone bernama Zipline digunakan mengirimkan pasokan medis ke rumah sakit dengan menjatuhkannya melalui parasut. Daniela Rus adalah kepala Laboratorium Ilmu Komputer dan Kecerdasan Buatan di Institut Teknologi Massachusetts. Laboratoriumnya merancang robot desinfektan untuk membersihkan supermarket di Boston.

Dia mengatakan, robot telah membuat kontribusi luar biasa selama pandemi. Masyarakat tetap terlayani tanpa banyak kontak dengan manusia lain. "Mereka telah membantu menjauhkan orang dari bahaya dan itu sangat kuat," ujar Rus.

Di masa depan, kata Daniel Rus, robot akan mengambil peran lebih luas di kota pintar dalam membantu pekerjaan fisik dan kognitif. Kota-kota dapat mengumpulkan sejumlah besar data melalui sensor yang tertanam dalam infrastruktur, bahkan tiang lampu.

Sensor ini bisa berguna dalam mengamati berbagai metrik dari kualitas udara dan penggunaan transportasi hingga pergerakan orang. Juga untuk mengatahui jumlah mobil yang memasuki pusat kota. Atau mengeteahui jumlah orang yang berkumpul di taman. Hal ini sebagai bahan pertimbangan dalam kesehatan dan kesejahteraan.

Roda Enam

Di London, Inggris, terdapat layanan robot Milton Keynes untuk menghindari interaksi antarmanusia saat berbelanja. Robot beroda enam ini akan mengirimkan bahan makanan dan belanja dari supermarket kecil kepada penduduk sekitar.

Dengan memanfaatkan jaringan jalur sepeda yang besar di kota itu membuatnya robot Milton Keynes cukup ideal bergerak dengan kecepatan tertinggi 4mph atau 6,4 km per jam. Perusahaan Milton Keynes telah membebaskan biaya pengiriman untuk layanan kesehatan di London selama krisis.

Dilansir The Guardian, Emma Maslin yang menggunakan layanan robot Milton Keynes untuk mengirim barang-barang belanjaan dan pesanan makan malam ke rumah atau kantor mengatakan, "Dengan robot, tidak ada interaksi sosial."

Rumah sakit di Tiongkok menggunakan robot disinfektan berbasis sinar ultra violet (UV) dari Denmark untuk sterilisasi. UV tipe C yang kuat dapat menghancurkan elemen DNA atau RNA dari setiap mikroorganisme dalam jangkauan.

UV ini sudah diketahui efektif melumpuhkan virus, namun demikian sangat berbahaya jika terjadi kontak dengan manusia. Robot canggih tersebut dapat mengganti peran manusia. Misalnya, memetakan ruangan di rumah sakit dan melakukan pekerjaan mereka secara mandiri ketika staf medis tidak hadir.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberi bantuan kepada negara di Afrika Tengah, Rwanda, dengan lima robot anti-epidemi. Robot yang dibuat perusahaan Belgia, Zora Bots, untuk membantu melawan pertempuran negara itu dengan virus korona.Di negara yang sering dilanda konflik antarsuku ini, robot tersebut bertugas menyaring suhu pasien, mengidentifikasi orang-orang yang tidak mengenakan masker, dan memantau kelainan pasien dari sisi suara dan pandangan.

Di rumah sakit, robot berbentuk mirip manusia dengan dua tangan dan layar di dadanya itu dapat mengganti peran manusia. Robot-robot tersebut dapat ditugaskan untuk memberikan obat-obatan dan hal-hal penting lainnya kepada yang terinfeksi.

Di Jepang, robot dari Newme OhmniLabs digunakan untuk menggantikan siswa yang seharusnya diwisuda. Namun tidak bisa datang karena harus melakukan karantina. Robot telepresence tersebut memiliki tablet komputer di kepala. Dia dibungkus dalam gaun akademik dan setiap siswa melakukan panggilan Zoom untuk "menerima" gelar dari pejabat universitas. Bukan hanya di Jepang, robot untuk mengganti siswa wisuda juga dilakukan di Nanjing, Tiongkok.

Untuk menghindari tenaga medis tertular dari pasien saat pengetesan Covid-19 Korea Institute of Machinery and Materials di bawah Kementerian Sains dan Teknologi Korea Selatan tengah merancang sebuah robot yang bisa melakukan tes usap (swab). Teknologi robot ini akan dipakai pengambilan sampel penyakit berbahaya, tanpa harus berhadap-hadapan.

"Robot diharapkan bisa berguna secara klinis untuk diagnosis penyakit menular di masa depan," kata Dr Seo Joon-ho dari Medical Device Lab, Daegu Convergence Technology Research Center. Robot uji covid-19 dikendalikan tenaga medis dari ruangan lain dengan joystick.

Ada monitor yang memantau rongga hidung sampai pangkal tenggorokan, sehingga operator robot bisa mengambil sampel dengan akurat dengan tangkai tes swab yang panjang. Joystick ini memiliki respons sentuhan yang sensitif, sehingga, operator robot bisa seperti merasakan rongga hidung pasien secara langsung dengan alat tes usap. hay/G-1*

Baca Juga: