SEMARANG - Tim robotik Politeknik Negeri Semarang (Polines) berhasil menciptakan robot pengganti tenaga medis untuk melayani pasien Covid-19. Robot Asisten Medis Autonomus (RAMA) ini berbentuk rak makanan yang biasa digunakan suster mengantar makanan dan obat-obatan di rumah sakit. Bedanya, robot rak makanan tersebut berjalan sendiri sehingga aman saat mengantar kebutuhan pasien penyakit menular seperti Covid-19.

Robot tersebut pertama kali diperkenalkan kepada Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo di rumah dinas Puri Gedeh Kota Semarang Jawa Tengah, Minggu (19/7). Selain demonstrasi, tim robotik Polines juga meminta masukan dari orang nomor satu di Jateng itu.

Ganjar tidak menduga,rak makanan itu adalah robot yang dimaksud. Ekspektasinya, robot yang diciptakan seperti robot yang lengkap dengan kaki, tangan dan kepala. "Ini robotnya tho, saya kira robot seperti yang biasanya itu. Ada kaki dan kepalanya," kata dia.

Ia meminta tiga mahasiswa pencipta robot tersebut Abbas Kiarostami Permana, Ainur Rofik, dan Wahyu Hidayat untuk mendemonstrasikan. Setelah dihidupkan dan dikontrol melalui remote, robot RAMA itu bisa berjalan sendiri ke sejumlah tempat dengan sukses.

Selain bisa mengantar makanan, obat-obatan, dan kebutuhan pasien, robot itu juga dilengkapi dengan tab yang bisa digunakan untuk komunikasi. Jadi, pasien dapat video call dengan perawat atau dokter melalui layar tab yang menempel di robot itu. "Kalau melihat bentuk dan fungsinya, ini sebenarnya nama yang paling pas adalah robot ater-ater (tukang hantar)," kata Ganjar.

Pihaknya mengapresiasi inovasi robot yang diciptakan Polines.Dengan robot tersebut maka pasien Covid-19 dapat dilayani dengan baik tanpa ada sentuhan langsung dengan tenaga medis lainnya.

"Ini bagus, kelebihannya menggantikan perawat sehingga tidak bersentuhan langsung, sehingga melindungi tenaga medis kita. Ini juga bisa mengurangi penggunaan APD," kata dia.

Secara keseluruhan, robot pengganti tenaga medis itu sudah bisa diaplikasikan. Namun, perlu terus dikembangkan agar lebih optimal.

"Seperti kakinya harus diperbaiki agar bisa menaiki tangga atau jalan yang terjal, juga bisa ditambah sensor atau alat untuk membuka pintu kamar pasien. Kalau itu bisa, tentu sangat bermanfaat untuk penanganan pasien, tidak hanya Covid-19, tapi bisa untuk penyakit menular lainnya," ujar Ganjar.

Salah satu pembuat robot RAMA, Abbas Kiarostami dalam siaran persnya mengatakan ide pembuatan robot itu awalnya prihatin dengan banyaknya tenaga medis yang gugur saat menjalankan tugasnya melayani pasien Covid-19. Selain itu, penggunaan APD yang sangat tinggi membuat banyak rumah sakit kekurangan APD.

"Jadi kami berinovasi membuat robot ini agar kontak pasien dengan tenaga medis bisa dikurangi. Dengan robot ini, semua kebutuhan pasien bisa diantar dengan jarak jauh tanpa harus bersinggungan langsung. Selain praktis dan aman, juga bisa mengurangi penggunaan APD," katanya.

Proses pembuatan robot sekitar sebulan, biaya riset yang dikeluarkan sekitar 25 juta rupiah. "Harapannya robot ini bisa segera digunakan untuk membantu tenaga medis yang bekerja melayani Covid-19. Tentu, masukan dari beberapa tokoh termasuk pak Ganjar Pranowo ini akan kami jadikan evaluasi untuk mengembangkan robot ini agar semakin optimal," kata dia. mar/N-3

Baca Juga: