MOSKWA - Ribuan warga Russia berusaha melarikan diri dari negara itu untuk menghindari mobilisasi parsial warga sipil ke dalam militer. Kebijakan mobilisasi dikeluarkan karena Angkatan Bersenjata Russia menderita kekalahan yang signifikan dalam beberapa pekan terakhir invasi mereka ke Ukraina.

Seperti diketahui, mobilisasi parsial warga sipil itu diumumkan Presiden Russia, Vladimir Putin, dalam pidato, pada Rabu (21/9), yang disiarkan seluruh stasiun televisi.

Sebagian pejabat Eropa mengatakan kebijakan itu menimbulkan ancaman keamanan di perbatasan mereka, dan mereka bermaksud mengalihkan tanggung jawab itu kepada Putin dengan menutup pintu perbatasan mereka.

Associated Pressmelaporkan Menteri Luar Negeri Latvia, Edgars Rinkevics, pada Kamis (22/9), mengatakan banyak dari warga yang melarikan diri itu merasa "tidak masalah untuk membunuh orang Ukraina. Mereka tidak protes dengan perang di Ukraina. Jadi, tidak benar jika menilai mereka sebagai penentang hati nurani."

Di perbatasan darat di bagian timur, selatan, dan barat Russia, barisan mobil membentang beberapa kilometer jauhnya pada hari Jumat, ketika warga Russia - yang kebanyakan laki-laki usia wajib militer - berupaya melarikan diri dari wajib militer. Rekaman video yang diperoleh Radio Free Europe menunjukkan antrean panjang mobil dan truk di Zemo Larsi, untuk menyebrang ke Georgia.

Warga Russia, Ivan, yang tidak mau menyebut nama lengkapnya, mengatakan kepada Reuters, penyeberangan itu memakan waktu 12 jam. "Saya pikir penjaga perbatasan Russia membiarkan orang lewat dengan sangat lambat. Misalnya kemarin sebelum tengah malam, kita bisa melintasi perbatasan lebih cepat. Tetapi setelah tengah malam, lajunya menjadi lebih lambat."

Meningkat Tajam

Peningkatan lalu lintas dan antrean panjang juga dilaporkan terjadi di perbatasan Russia dengan Kazakhstan dan Mongolia. Di ujung barat, penjaga perbatasan Finlandia melaporkan lalu lintas dari Russia meningkat tajam, lebih dari dua kali lipat dalam 48 jam terakhir ini.

Di antara mereka yang melarikan diri adalah Nikita (34 tahun). Ia tidak bersedia memberitahu nama lengkapnya. "Saya takut. Ini adalah kesalahan yang sangat besar bagi Russia, bagi Eropa dan tentu saja bagi warga Ukraina," ujarnya kepadaReuters.

Jerman, pada Jumat, mengatakan akan menawarkan perlindungan kepada warga Russia yang melarikan diri dari mobilisasi parsial warga sipil itu "berdasarkan kasus per kasus."

"Mereka yang desersi karena terancam tindakan represif yang serius, dapat memperoleh perlindungan internasional di Jerman. Siapa pun yang berani menentang rezim Putin dan sebagai akibatnya terjerumus dalam bahaya besar, maka ia dapat mengajukan suaka dengan alasan penganiayaan politik," ujar Menteri Dalam Negeri Jerman, Nancy Faeser, dalam wawancara yang diterbitkan surat kabarFrankfurter Allgemeine Zeitung.

Beberapa negara Eropa lain, termasuk tetangga Russia, seperti Baltik dan Finlandia, membatasi masuknya warga negara Russia.

Banyak negara Eropa dan Amerika Utara yang telah melarang pesawat Russia dari wilayah udara mereka, dan sejak Russia memberlakukan langkah-langkah resiprokal, meninggalkan Russia menjadi semakin sulit. Penerbangan ke negara-negara yang tidak mensyaratkan visa - termasuk Turki, Serbia, dan Dubai - dilaporkan telah habis terjual pada hari Kamis (22/9).

Baca Juga: