Sekitar 4.000 orang telah ditahan di Kashmir oleh pihak berwenang India. Langkah ini diambil dengan alasan sebagai langkah preventif untuk menghindari pemberontakan bersenjata melawan pemerintah India.

SRINAGAR - Ribuan orang dilaporkan telah ditahan di wilayah Kashmir yang dikuasai India karena kekhawatiran pecahnya kerusuhan setelah New Delhi mencabut status otonomi sejak 2 pekan lalu. Informasi ini disampaikan sejumlah narasumber di pemerintah pada Minggu (18/8).

"Sekitar 4.000 orang ditangkap dan ditahan di bawah Undang-Undang Keamanan Publik," lapor seorang hakim yang minta identitasnya dirahasiakan. "Sebagian besar dari mereka yang ditahan, telah diterbangkan keluar dari Kashmir dengan pesawat militer karena penjara di sana telah melampaui kapasitas," imbuh hakim itu.

Melalui UU Keamanan Publik yang kontroversial inimemungkinkan pihak berwenang untuk memenjarakan seseorang hingga dua tahun tanpa tuduhan atau persidangan di pengadilan. Jumlah warga yang ditahan dihitung berdasarkan angka-angka yang dikumpulkan hakim tersebut dari rekan-rekannya di seluruh wilayah Himalaya. Laporan penangkapan besar-besaran itu telah dikonfirmasi kantor berita AFP berdasarkan hasil keterangan sejumlah pejabat pemerintah di kota utama Kashmir, Srinagar, termasuk polisi dan personel keamanan.

Sebelumnya pihak berwenang India telah berulang kali mengelak untuk memberikan jumlah pasti orang-orang yang telah ditahannya, selain membenarkan ada lebih dari 100 politisi lokal, aktivis dan akademisi, ditahan dalam beberapa hari setelah wilayah Kashmir dilucuti status semiotonomnya.

"Beberapa penahanan preventif dilaksanakan demi menghindari pelanggaran perdamaian di wilayah yang telah memerangi pemberontakan bersenjata melawan pemerintah India selama tiga dekade," demikian pernyataan pihak berwenang India.

Pengungkapan itu terkuak setelah delapan orang cedera selama protes akhir pekan di Srinagar setelah pihak berwenang menerapkan kembali pembatasan gerak untuk memadamkan kerusuhan di Kashmir.

"Bentrokan terjadi di selusin lokasi di sekitar Srinagar pada Sabtu (17/8)," lapor kantor berita Press Trust of India, yang mengutip keterangan seorang pejabat yang tidak ingin disebutkan jati dirinya.

Bentrokan di Perbatasan

Pada bagian lain para pejabat melaporkan bahwa lima orang tewas dalam baku tembak di perbatasan antara India dan Pakistan pada Kamis (15/8) pekan lalu. Informasi ini baru dilaporkan setelah terhentinya arus telekomunikasi karena diblokir oleh pemerintah India.

Laporan itu semakin memanaskan situasi konflik antara India dan Pakistan yang hingga saat ini kedua negara tersebut sedang memperebutkan wilayah Kashmir.

Bentrokan memang kerap terjadi di garis perbatasan yang disebut garis kontrol, akan tetapi kematian terakhir terjadi setelah Pakistan memperingatkan siap untuk menghadapi agresi India atas Kashmir.

"Tiga tentara tewas setelah India melepaskan tembakan melampaui garis kontrol pada Kamis lalu, sementara dua orang lainnya tewas dalam insiden terpisah," demikian laporan narasumber pejabat.

Pihaki militer Pakistan mengklaim telah melakukan tembakan balasannya sehingga menewaskan lima tentara India. Atas klaim itu, seorang juru bicara militer India mengatakan kepada Press Trust of India pada Kamis malam bahwa laporan korban jiwa itu fiktif.

Bentrokan di perbatasan India-Pakistan itu terjadi saat para diplomat mengatakan bahwa Dewan Keamanan PBB dijadwalkan untuk membahas sikap India yang mencabut otonomi Kashmir lewat sebuah pertemuan tertutup pada Jumat (16/8). SB/AFP/I-1

Baca Juga: