YEREVAN - Ribuan orang Armenia turun ke jalan di ibu kota Yerevan pada hari Minggu (9/6) dalam aksi protes terhadap konsesi Perdana Menteri Nikol Pashinyan kepada musuh bebuyutan tetangganya, Azerbaijan.

Aksi protes dimulai pada bulan April, ketika pemerintah negara Kaukasus itu setuju untuk menyerahkan kembali wilayah Baku yang dikuasainya sejak tahun 1990-an.

Pada hari Minggu, ribuan pengunjuk rasa berkumpul di Lapangan Republik di pusat Yerevan, di luar markas besar pemerintah, kata seorang reporter AFP di lokasi kejadian.

Namun pemerintahan Pashinyan tetap tidak tergoyahkan, meskipun ada tantangan dari uskup agung Bagrat Galstanyan yang berpengaruh.

Dalam pidatonya di rapat umum tersebut, Galstanyan menyebut Pashinyan sebagai "seorang pengemis" yang berusaha mencapai perdamaian dengan Azerbaijan "dengan mengorbankan penghinaan terhadap rakyatnya sendiri."

Dia mendesak parlemen untuk mengadakan sidang pleno luar biasa pada hari Selasa untuk memakzulkan perdana menteri.

"Atas permintaan rakyat, anggota parlemen harus memilih pengunduran diri pemerintah dan pembentukan pemerintahan baru," katanya kepada massa. Pemerintahan sementara kemudian harus mengadakan pemilihan parlemen dini, tambahnya.

Sore harinya, pengunjuk rasa melakukan pawai menuju gedung parlemen.

"Kita harus bertindak, kita harus meningkatkan tekanan terhadap Pashinyan," kata salah satu pengunjuk rasa, pelajar berusia 20 tahun, Shushan Sargsyan.

"Eksistensi negara kita sedang dipertaruhkan," kata David Ohanyan (36).

"Rakyat Armenia harus menyadari hal ini dan turun ke jalan."

Galstanyan untuk sementara waktu mengundurkan diri dari jabatan keagamaannya untuk mencalonkan diri sebagai perdana menteri.

Namun ia tidak memenuhi syarat untuk memegang jabatan tersebut berdasarkan hukum Armenia karena ia memiliki kewarganegaraan ganda dengan Kanada, sehingga menimbulkan spekulasi mengenai bagaimana ia dapat menyelesaikan masalah ini.

Pekan lalu, Armenia secara resmi mengembalikan kendali atas empat desa perbatasan yang telah mereka rebut beberapa dekade sebelumnya ke Azerbaijan, sebuah keputusan yang dipertahankan Pashinyan sebagai langkah untuk mengamankan perdamaian dengan Baku.

Kedua negara yang bersaing di Kaukasus ini telah dua kali berperang untuk menguasai wilayah Nagorno-Karabakh, yang direbut kembali oleh Azerbaijan tahun lalu dari kelompok separatis Armenia yang menguasai sebagian besar wilayah pegunungan itu selama tiga dekade.

Baca Juga: