JAKARTA - Indonesia berkomitmen mengembangkan sektor air, sanitasi, dan higiene (water, sanitation and hygiene/WaSH) yang berkelanjutan dan tahan iklim guna mendukung pengembangan ekonomi hijau.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, dalam pertemuan tingkat menteri bertajuk "Sanitation and Water for All (SWA) 2022" di Jakarta, Rabu (18/5), mengatakan Indonesia menyadari pentingnya pertimbangan iklim dalam agenda pembangunan dan telah menjadi bagian dokumen perencanaan nasional.

Berdasarkan penelitian dampak perubahan iklim terhadap sektor air dan sanitasi, Indonesia dalam proses untuk mengembangkan kerangka kerja operasional untuk pengarusutamaan resiliensi iklim di kebijakan, perencanaan, dan investasi di sektor WaSH.

"Sektor WaSH akan memainkan peran penting dalam kontribusinya memenuhi target pemerintah meningkatkan investasi untuk energi baru terbarukan (EBT), solusi berbasis alam dan infrastruktur tahan iklim," kata Basuki.

Basuki mengatakan Indonesia telah membangun 61 bendungan baru dan mengoptimalkan 231 waduk yang sudah ada untuk merespons tantangan perubahan iklim.

Dia juga menjelaskan bahwa Indonesia terus mendorong percepatan perluasan akses terhadap air bersih dan sanitasi. Hal itu dilakukan karena akses untuk sektor tersebut dapat membantu dalam usaha pengentasan stunting dan kemiskinan ekstrem.

"Strategi untuk mencapainya melalui pendekatan pengembangan lintas sektor di beberapa area prioritas. Pada 2021, di 35 kabupaten prioritas telah terimplementasi program pengentasan kemiskinan," kata Basuki.

Hal Mendasar

Pakar Ekonomi dari Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI), Surabaya, Leo Herlambang, mengatakan pembenahan sektor air, sanitasi, dan higiene (water, sanitation and hygiene/WaSH) yang berkelanjutan dan tahan iklim memang diperlukan untuk mewujudkan target ekonomi hijau pemerintah.

"Ekonomi hijau memang tidak melulu soal polusi gas rumah kaca dan sebagainya, tapi juga bertujuan mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan mengurangi risiko lingkungan secara signifikan," kata Leo.

Air dan sanitasi, papar Leo, merupakan hal mendasar yang berhubungan erat dengan risiko lingkungan sehingga harus terus ditingkatkan, terutama karena sangat berkaitan erat dengan kesehatan dan kehidupan masyarakat.

"Bagaimana mau sejahtera kalau kebutuhan yang penting seperti ini belum dibenahi. Negara-negara lain di kawasan Asia sudah banyak yang melakukan, seperti Korea Selatan, dengan pembenahan sungai yang mengalir dalam kota. Begitu juga Tiongkok yang membangun MCK yang lebih layak," tutur Leo.

Baca Juga: