Kerja sama penelitian dengan asing sangat strategis dan positif terhadap pembangunan iptek nasional. Namun, faktor keamanan tetap dikedepankan.

JAKARTA - Indonesia masih menjadi daya tarik bagi peneliti asing dalam berbagai bidang, terutama bio-diversitas yang potensinya sangat luar biasa. Untuk itu, Indonesia harus terbuka tetapi hati-hati.

Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti), Muhammad Dimyati, usai Rapat Koordinasi Nasional Mitra Kerja Peneliti Asing, di Jakarta, Kamis (5/7).

Ia mengatakan Rakornas dengan mitra kerja peneliti asing ini, salah satunya bertujuan untuk meningkatkan peluang sekaligus menjawab tantangan kerja sama iptek internasional.

Menurutnya, peran mitra kerja asing ini sangat strategis. Mereka juga berperan sebagai agen transfer iptek. Untuk itu, kompetensi dari mitra kerja ini harus setara dengan pihak asing. Hal ini penting agar tidak terjadi kesenjangan dalam bidang keilmuan.

Menurutnya, kerja sama internasional di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) merupakan upaya untuk meningkatkan alih teknologi dari negara-negara lain serta meningkatkan partisipasi kehidupan masyarakat ilmiah internasional. "Salah satunya melalui kolaborasi riset dengan pihak asing ini," tandasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Menristekdikti, Mohamad Nasir, mengatakan kerja sama penelitian internasional sangat strategis dan berdampak positif terhadap pembangunan iptek nasional.

Kendati demikian, perlu dicermati aspek kemanfaatan dalam hal kerja sama internasional tersebut. "Harus diimbangi dengan kewaspadaan melalui regulasi terkait dengan keamanan dan kepentingan nasional, pencegahan dari kerugian yang timbul akibat potensi pengalihan material penelitian, penyalahgunaan hak kekayaan intelektual, serta pembagian keuntungan yang seimbang atas hasil-hasil penelitian yang memiliki nilai komersial," papar Nasir.

Kemristekdikti menambahkan, izin riset sangat diperlukan sebagai kontrol kekayaan alam Indonesia dan menjaga keamanan nasional. "Kekayaan alam kita ini sangat luar biasa banyaknya, kalau tidak dijaga dengan baik dikhawatirkan semua akan keluar tanpa makna," ujarnya.

Harus Bermanfaat

Dalam kesempatan itu, Menristekdikti kembali menegaskan bahwa hasil riset harus memiliki manfaat bagi masyarakat yakni dengan menghasilkan inovasi. "Riset harus memiliki manfaat pada masyarakat yakni dengan menghasilkan inovasi, jadi tidak hanya sekadar jurnal. Ini harapan saya ke depan," ujarnya.

Dia berharap ke depan, ada media yang mempertemukan penemu, inovasi dan investor sehingga bisa menghilirkan inovasi yang ada. Hal ini penting agar memiliki nilai tambah ekonomi yang lebih baik.

Ke depan, dia berharap perekonomian tidak hanya berbasis pada sumber daya tetapi pengetahuan.

Menristekdikti menambahkan, saat ini publikasi ilmiah internasional Indonesia terus meningkat. Pihaknya menargetkan bisa mengalahkan Malaysia pada 2019.

"Kami kuantitas dulu sebelum nanti meningkatkan pada kualitas. Minimal kita harus masuk pada standar dunia dulu. Kalau standar dunia bisa terpenuhi dengan baik, maka kualitas peneliti akan kami tingkatkan," katanya.

Saat ini, jumlah jurnal internasional Indonesia yang terindeks Scopus dan World of science mencapai 12.260 jurnal, mengalahkan Singapura yang berada pada angka 10.000-an.

"Memang kita harus lakukan paksaan, setelah dipaksa akan dilakukan tindakan akhirnya menjadi budaya. Mudah-mudahan kalau ini sudah lebih baik, maka akan jadi budaya riset ini betapa penting yang akan dilakukan Indonesia. Kalau risetnya sudah baik, ke depan bisa riset aplikatif yang mana riset ini harus memiliki manfaat pada masyarakat," papar dia. eko/E-3

Baca Juga: