JAKARTA - Pemerintah Indonesia menyampaikan dukungan untuk penerapan teknologi tinggi guna menerapkan ekonomi bersih dan berkelanjutan seperti penggunaan amonia biru dan hijau, reaktor modular kecil (Small Modular Reactors/ SMR), ataupun teknologi energi berkelanjutan berbasis hidrogen.

Dukungan itu disampaikan Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, saat menghadiri Pertemuan Tingkat Menteri Indo-Pacific Economic Framework (IPEF) di Detroit, AS, sebagaimana keterangan di Jakarta, Minggu (28/5) malam.

"Beberapa negara anggota IPEF berminat memperkenalkan inisiatif hidrogen dalam kawasan Indo-Pasifik guna mendorong penyebaran hidrogen berkarbon rendah dan hidrogen terbarukan beserta turunannya," tulis Kemenko Perekonomian dalam keterangannya.

Seperti dikutip dari Antara, Airlangga dalam pertemuan yang membahas Pilar III IPEF mengenai ekonomi bersih, itu juga menanyakan klarifikasi perihal keterkaitan kebijakan investasi dalam IPEF dan The Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII).

Pemerintah AS menyebutkan kebijakan investasi IPEF dan PGII akan menjadi dua hal yang terpisah.

Perubahan Iklim

Menurut Airlangga, partisipan dalam IPEF menyambut baik perkembangan perundingan dalam Pilar III terkait ekonomi bersih dan sepakat untuk menjajaki berbagai cara dalam mencapai sasaran antisipasi perubahan iklim masing-masing negara, sebagaimana telah disampaikan dalam IPEF Ministerial Statement pada September 2022.

Bidang kerja sama yang akan dimajukan dalam Pilar III IPEF, antara lain pada bidang penelitian, komersialisasi, ketersediaan, aksesibilitas serta penerapan energi bersih ataupun teknologi ramah iklim. IPEF, menurut Kemenko Perekonomian, juga akan memfasilitasi investasi dalam proyek-proyek terkait sasaran perubahan iklim.

Dengan mendukung kebijakan dan pasar pada area ekonomi bersih, IPEF berusaha mewujudkan energi yang berkelanjutan, tangguh, dan terjangkau dalam kawasan Indo-Pasifik. Tidak hanya itu, IPEF juga akan mempertimbangkan kondisi nasional dan kebutuhan pembangunan tiap negara anggota IPEF dalam bidang ekonomi bersih.

Pada area ketenagakerjaan dan ekonomi bersih, kata Airlangga, negara anggota IPEF juga berkomitmen mempromosikan just transition melalui penciptaan pekerjaan yang layak, lapangan kerja berkualitas, dan hak-hak buruh yang didasarkan pada Deklarasi International Labour Organization (ILO).

Untuk memajukan perundingan dan kerja sama dalam ekonomi bersih, partisipan IPEF akan meningkatkan upaya mereka dalam mencapai standar pembangunan tinggi dan saling menguntungkan dalam putaran negosiasi yang akan datang.

Turut hadir bersama Menko Airlangga adalah Menteri Perindustrian Agus Gumiwang dan Dubes RI, Rosan Roeslani.

Sementara itu, pengamat ekonomi, Nailul Huda menilai masih terlalu muluk untuk konteksnya Indonesia jika mau menerapkan hal tersebut. Sebab, teknologi Indonesia masih sangat jauh tertinggal, apalagi masalah SMR.

"ESG (environmental, social, governance) saja masih jauh di Indonesia. Jadi menurut saya masih jauh untuk diterapkan di Indonesia," tandasnya

Menurut Huda, agar bisa terealisasi, pemerintah harus melakukan sejumlah hal strategis. Pertama, dari sisi sumber daya manusia (SDM) (dalam jangka panjang) untuk memperkuat pengetahuan dan SDM di masa depan yang lebih berkualitas. "Kedua, dari sisi kebijakan (dalam jangka pendek) untuk memberikan stimulus bagi perusahaan agar aktif berkecimpung di industri SMR," ungkap Huda.

Baca Juga: